BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Darah
merupakan cairan yang selalu mengalir di dalam tubuh manusia melalui
alat pernapasan dan nadi yang ada di dalam
tubuh manusia. Darah mengalir keseluruh tubuh untuk menyebarkan sari makanan,
oksigen maupun vitamin, protein dan karbohidrat yang didapatkan melalui makanan
yang dikonsumsi manusia.Darah juga menyuplainutrisi kedalam tubuh,
mengangkut zat–zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari, berbagai penyakit. (Non-invasive & Mallo, 2007).Darah juga berfungsi sebagai pengaktif metabolisme
tubuh, selain itu hasil dari oksidasi darah akan menghasilkan panas pada tubuh,
jika oksidasi itu baik maka suhu tubuh pula akan menjadi baik(Fallon, 2006).
Darah
manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen, sampai merah
tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan karena
hemoglobin, yaitu
protein pernapasan (respiratori protein) yang mengandung besi
dalam bentuk hame, yang merupakan tempat terikatnya molekul–molekul oksigen
(Subowo, 2002).
Darah
memiliki tiga bagian penting dan memiliki fungsi masing–masing seperti sel
darah merah atau eritrosit (sekitar 99%), mengandung hemoglobin yang bertugas mengangkut
oksigen keseluruh organ sel, keping sel darah merah atau trombosit (0,6 –
0,10%) bertugas untuk proses pembekuan darah. Leokosit atau sel darah putih
bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya bagi tubuh misal, virus atau
bakteri. Susunan darah atau serum darah terdiri dari air 99%, protein 8,0%
(Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen) dan mineral 0,9% (Natrium
kliroda, natrium bikarbonat, garam dari kalsium fosfor, magnesium dan zat besi),
(Subowo, 2002).
Setiap individu memiliki
golongan darahnya masing-masing golongan darah A, B, O dan AB. Ada 6,2 milyar
penduduk dunia, golongan darah terbagi menjadi empat, yaitu O sebanyak 46%, A
sebanyak 40%, B sebanyak 10%, dan AB sebanyak 4%.Golongan darah memiliki jejak
genetik yang sangat kuat dan ada hubungannya dengan reaksi kimia antara makanan
yang kita konsumsi dan jenis olahraga dengan golongan darah (Red Cross, 2008).
Orang dengan golongan darah
A, semakin banyak melakukan latihan yang intens justru akan menambah stres pada
ototnya. Otot golongan darah A akan mengencang dan akan menghasilkan banyak asam
laktat jika diberi latihan, ni juga akan meningkatkan kortisol dalam diri
mereka sehingga akhirnya mereka akan merasa sangat lelah dan malah menambah
berat badan. Orang dengan golongan darah A lebih cocok diberi latihan seperti
yoga, tai-chi atau latihan
sejenisnya. Golongan darah olahraga yang cocok dengan golongan darah B ini
adalah yang seimbang. Ini berarti mereka disarankan melakukan sedikit olahraga
yang melibatkan olah napas serta penurunan stres seperti yoga, tetapi juga
perlu melakukan latihan kardio dan angkat beban. Latihan kardio yang sederhana
antara lain, jalan kaki, lari, bersepeda, berenang, dan senam. Orang yang
memiliki golongan darah AB disarankan untuk menggabungkan aspek latihan antara
golongan darah A dan B secara rutin. Sedangkan orang dengan golongan darah O
cocok dengan latihan dengan intensitas tinggi, dan membakar lebih banyak lemak,
serta meningkatkan pelepasan endorfin sehingga perasaan lebih gembira.
Kombinasikan dengan pola makan yang tepat sesuai golongan darah (Josua,2014).
Apabila otot menerima beban
statis secara berulang dan waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan
inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskelatal disorders (MSDs) atau cidera Muskuloskelatal sistem,
(Astuti, 2007).
Astrand (1986) menyatakan
bahwa latihan yang dilakukan secara teratur, sistematis, dan berkesinambungan,
serta dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik
secara nyata. Disamping manfaat yang positif latihan juga membawa dampak
negatif misalnya terbentuk asam laktat dan radikal bebas, karena latihan
merupakan stressor bagi tubuh yang
dapat mempengaruhi semua sistem(Costill, 2008: Fox, 1993).
Terbentuknya asam laktat
merupakan akibat aktivitas latihan dengan intensitas tinggi dan latihan dalam
waktu yang lama (prolonged exrcise).
Sedangkan untuk radikal bebas terbentuk karena terjadi peroksidasi (auto oksidasi) lemak yang ditandai dengan terbentuknya
reactive oxygen spesies(ROS), ROS
dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif (Murray, 2009). Beban yang
berlebihan atau kurangnya fase pemulihan akan menghasilkan gejala sindroma
latihan berlebih, yang berpengaruh baik secara fisikmaupun psikologis, (Quinn,
2008) dalam (Mochamad Purnomo, 2011).
Energi yang diperlukan pada
waktu latihan dipenuhi melalui dua jalur, yaitu aerobik dan anaerobik.
Penggunaan energi ini akan sangat berpengaruh pada intensitas latihan. Latihan
fisik intensitas tinggi, otot berkontraksi dalam keadaan anaerobik, sehingga
penyediaan ATP terjadi melalui proses glikolisis anaerobik, hal ini
mengakibatkan meningkatnya kadar laktat dalam darah maupun otot, (Widiyanto, 2007).
Laktat merupakan produk
akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.
Selama latihan fisik akan terjadi kenaikan kadar laktat dalam darah maupun
otot. Penimbunan laktat dalam darah menjadi masalah mendasar dalam kinerja
fisik karena menimbulkan kelelahan yang kronis dan menurunkan kinerja fisik.
Metabolisme laktat yang lambat menyebabkan sindroma latihan yang berlebihan
pada atlet sehingga dapat mengakibatkan peningkatan insiden cidera olahraga
yang dapat menyebabkan kecacatan baik sementara maupun menetap (Widiyanto, 2007),jadi darah adalah
salahsatu komponen dalam tubuh yang sangat penting untuk melihat tingkat
kelelahan dalam olahraga aerobik dan anaerobik, seperti olahraga yoga dan
olahraga renang 50m.
Yoga secara tradisional
dipandang sebagai bentuk olahraga yang relatif aman, dan mampu meningkatkan
kekuatan, fleksibilitas, daya tahan, keseimbangan, dan kapasitas fungsional
pada kondisi kesehatan yang baik maupun dengan gangguan musculoskeletal. Latihan yoga setelah 8 minggu menunjukkan secara
signifikan meningkatkanfleksibilitas, kapasitas fungsi memori, dan efisiensi
mental dibanding latihan peregangan-penguatan (Dinata, 2008).
Melihat
aktivitas fisik yang dilakukan sewaktu latihan renang gayabebas 50 meter, maka
tampak jelas aktivitas fisik tersebut merupakan aktivitas "intermitten" artinya suatu bentuk
aktivitas yang terdiri dari interval kerja (work
interval) yang diselingi dengan interval istirahat (reliefinterval). Renang 50m gaya bebas adalah
tipe olahraga anaerobik. (Abidah, Khalieqy, Pintu, & Fira, 2010).
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang pengaruh olahraga
aerobik (yoga) dan anaerobik (renag 50m bebas) terhadap tingkat kelelahan yang
ditinjau dari golongan darah.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah
terdapat perbedaan antara masing-masing golongan darah A, B, AB dan O terhadap
tingkat kelelahan pada olahraga yoga?
1.2.2 Apakah
terdapat perbedaan antara masing-masing golongan darah A,B, AB dan O terhadap
tingkat kelelahan pada olahraga renang 50 M?
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1
Untuk mengetahui perbedaan antara masing-masing
golongan darah A, B, AB dan O terhadap tingkat kelelahan pada olahraga yoga?
1.3.2
Untuk mengetahui perbedaan antara masing-masing
golongan darah A, B, AB dan O terhadap tingkat kelelahan pada olahraga renang
50 M?
1.4
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat
teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan kajian untuk penelitian selanjutnya, sehingga memperoleh hasil yang lebih
mendalam dan memberikan pengetahuan bagi orang lain.
1.4.2
Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi ilmiah kepada masyarakat tentang tingkat kelelahan pada
olahraga aerobik dan anaerobik yang masing-masing itu dilihat dari golongan
darah A, B, AB, dan O.
1.5
Ruang
lingkup penelitian
Ruang lingkup dalam
penelitian ini meliputi:
1.5.1 Ruang
ligkup tempat
Penelitian ini
dilakukan di lintasan lari lapangan Unnes
1.5.2 Ruang
lingkup waktu
Penelitian
ini dilakukan pada tanggal – bulan –2016
1.5.3 Ruang
lingkup materi
Ruang lingkup materi
penelitian ini dibatasi pada bidang Ilmu Keolahragaan yang ditekankan mengenai
golongan darah, tingkat kelelahan dan olahraga aerobik dan anaerobik.
1.6 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya
cakupan masalah, keterbatasan waktu, dan kemampuan, perlu memberi batasan
masalah secara jelas dan fokus pada masalah sebagai berikut:
1.6.1
Penulis lebih menekankan pada masalah golongan
darah A, B, AB, O, dengan tingkat kelelahan pada olahraga aerobik dan anaerobik.
1.6.2
Penelitian hanya meneliti tentang seberapa
besar pengaruh faktor kelelahan akibat pengaruh olahraga aerobik anaerobik yang
di tinjaudari golongan darah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Landasan
Teori
2.1.1
Sirkulasi
Darah
Sistem sirkulasi darah adalah suatu
sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh, dikatakan
tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah
aliran darah. Wadah itu bisa berupa pembuluh nadi pembuluh balik, kapiler atau
rongga (sinus) di organ tertentu.
Sistem ini perlu dibedakan dengan sistem aliran getah bening yang merupakan
aliran terbuka.
Getah bening (lymph) terdapat di sela-sela sel diseluruh
tubuh, lalu mengalir masuk ke dalam pembulu getah bening, di tempat-tempat
tertentu pembulu getah bening ini bermuara pada kelenjar getah bening (lymph node), dan setelah itu melanjutkan
menuju muara masing-masing. Seperempat tubuh kanan atas cairan itu pada ahirnya
memasuki pembuluh darah balik tanpa saluran khusus, tiga perempat bagian tubuh
yang lain lymph dialirkan melalui
pembulu khusus yang dinamakan dustus
thoracicus yang juga berahir pada pembuluh darah balik di sekitar pundak
kiri.
Cairan lymph mengandung banyak sel darah putih
limfosit dan monosit, yang sebagian di produksi di kelenjar getah bening yang
di laluinya. Darah adalah plasma beserta butir-butir eritrosit, leokosit,
limposit, monosit, dan trombosit. Serum yaitu cairan yang didapat jika darah dibiarkan
membeku, merupakan plasma yang telah kehilangan fibrinogen. Serum juga
merupakan bagian darah yang mengandung zat anti bodi terhadap macam-macam racun
yang dikeluarkan bakteri atau virus (aniel & wibowo).
Dalam tubuh manusia, darah mengalir
keseluruh bagian (organ-organ) tubuh secara terus-menerus untuk menjamin suplai
oksigen dan zat-zat nutrien lainnya
agar organ-organ tubuh tetap dapat berfungsi dengan baik. Aliran darah
keseluruh tubuh dapat berjalan berkat adanya pemompa utama yaitu jantung dan
sistem pembuluh darah sebagai alat pengalir/distribusi. Secara umum sistem
sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian:
1.
Sistem sirkulasi umum (sistemik): Sirkulasi
darah yang mengalir dari jantung kiri keseluruh tubuh dan kembali ke jantung
kanan.
2.
Sistem sirkulasi paru-paru (pulmoner):
Sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru-paru lalu kembali ke
jantung kiri.
Aliran darah dalam sistem sirkulasi di
tubuh manusia pada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam
sistem sirkulasi mencapai 5-6 liter (4,7-5,7 liter). Darah terus berputar mengalir
di dalam sistem sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti. Untuk menjelaskan
alur aliran darah, kita dapat memulai dari sistem sirkulasi sistemik kemudian
sistem sirkulasi pulmonera. Sistem
sirkulasi sistemik dimulai ketika darah
bersih (darah yang mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru) dipompa
keluar oleh jantung melalui bilik (ventrikel)
kiri ke pembuluh darah. Aorta lalu
keseluruh bagian tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh darah
yang diameternya paling kecil yang dinamakan kapilaria. Kapilaria
melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian yang disebut dengan
vasomotion sehingga darah didalamnya mengalir secara (intermittent). Vasomotion
terjadi secara periodik dengan interval 15 detik sampai 3 menit sekali. Darah
mengalir secara sangat lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan rata-rata 0,7
mm/detik, dengan aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat
melalui dinding kapilaria (Wiwik
Isnaeni, 2006).
Pertukaran zat ini terjadi melalui
proses difusi, pinositosis dan transpor vesikuler,
serta filtrasi dan reabsorpsi. Ujung kapilaria yang membawa darah bersih dinamakan arteriole sedangkan ujung kapilaria
yang membawa darah kotor dinamakan venule,
terdapat hubungan antara arteriole
dengan venule melalui capillary bed yang berbentuk seperti
anyaman, ada juga hubungan langsung (bypass)
dari arteriole ke venule melalui arteri dan vena anastomose (A-V Anastomosis). Darah dari arteri mengalir kedalam venule
kemudian melalui pembuluh darah balik (vena
terbesar yang menuju jantung kanan yaitu vena
cava inferior dan vena cava superior) kembali ke jantung kanan (serambi/atrium kanan). Darah dari atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup trikuspid (katup berdaun). Sistem
sirkulasi paru (pulmoner) dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak
mengandung oksigen O2) tetapi mengandung banyak CO2, yang berasal dari (vena cava inferior dan vena cava cuperior)
mengalir meninggalkan jantung kanan (ventrikel/bilik kanan) melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru (paru
kanan dan kiri). Kecepatan aliran darah di dalam arteri pulmonalis sebesar
18 cm/detik, kecepatan ini lebih lambat daripada aliran darah di dalam aorta, dalam paru kiri dan kanan, darah
mengalir ke kapilari paru-paru dimana
terjadi pertukaran zat dan cairan melalui proses filtrasi dan reabsorbsi
serta difusi. Kapilaria paru-paru
terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 sehingga menghasilkan darah bersih/darah yang
mengandung banyak oksigen, (Wiwik Isnaeni, 2006).
Darah bersih selanjutnya keluar paru
melalui vena pulmonalis (vena pulmonalis kanan dan kiri) memasuki
jantung kiri (atrium/serambi kiri).
Kecepatan aliran darah di dalam kapilaria paru-paru sangat lambat, setelah mencapai vena pulmonalis, kecepatan aliran darah
bertambah kembali, seperti halnya aorta,
arteri pulmonalis hingga kapilaria
juga mengalami pulsasi (berdenyut), selanjutnya
darah mengalir dari atrium kiri
melalui katup mitral (katup berdaun
2) memasuki ventrikel kiri lalu
keluar jantung melalui aorta, maka
dimulailah sistem sirkulasi sistemik (umum), dan seterusnya secara
berkesinambungan (Di et al., 2011).
Sistem
sirkulasi ada dua yaitu sistem sirkulasi terbuka dan tertutup, sistem sirkulasi
terbuka tidak dilengkapi dengan pembuluh darah perifer (kapiler) sehingga pada tingkat jaringan, darah akan keluar
dari pembuluh dan selanjutnya mengalir bebas diantara sel jaringan. Sistem
siekulasi tertutup memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan sistem
sirkulasi terbuka. Sistem ini darah
darah akan mengalir dalam pembuluh secara langsung ke setiap sel tubuh, ini
menjamin adanya pasokan sari makanan dan oksigen dalam jumplah memadai ke
setiap sel agar proses metabolisme
dapat terselenggara dengan baik (Subowo,
2002: 173).
2.1.2
Fungsi
Darah
Darah memiliki
tiga bagian penting dan memiliki fungsi masing–masing seperti sel darah merah
atau eritrosit (sekitar 99%),
mengandung hemoglobin yang bertugas
mengangkut oksigen keseluruh organ sel, keping sel darah merah atau trombosit (0,6 – 0,10%) bertugas untuk
proses pembekuan darah. Leokosit atau
sel darah putih bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya bagi tubuh misal,
virus atau bakteri. Susunan darah atau serum darah terdiri dari air 99%,
protein 8,0% (Albumin, globulin,
protrombin dan fibrinogen) dan mineral 0,9% (Natrium kliroda, natrium bikarbonat, garam dari kalsium fosfor,
magnesium dan zat besi). Selain
itu darah juga memiliki fungsi terpenting, sel darah merah adalah transpor O2
dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin,
memainkan peranan penting pada kedua proses tersebut (Komariah, 2009).
Darah
memiliki fungsi mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel–sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat–zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari, berbagai
penyakit (Non-invasive & Mallo, 2007). Secara umum fungsi
darah ialah sebagai berikut :
1. Alat transpor makanan, yang diserap dari
saluran cerna dan diedarkan ke seluruh tubuh.
2. Alat transpor O2 , yang diambil dari
paru-paru atau insang untuk dibawa ke seluruh tubuh.
3. Alat transpor bahan buangan dari jaringan ke
alat-alat ekskresi seperti paruparu
(gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan ke
empedu dan saluran cerna sebagai
tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air).
Bekerja
sebagai sistem transpor, menghantarkan
semua bahan kimia, oksigen, dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya
fungsi normalnya dapat dijalankan, serta menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain. Sel darah putih menyediakan
banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositisis beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap
serangan bakteri. Plasma membagi protein yang di perlukan untuk
pembentukan jaringan dan juga menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan
ini semua sel tubuh menerima makanannya. Merupakan kendaraan untuk mengangkut
bahan buangan ke berbagai organ ekskretorik
untuk dibuang. Hormon dan enzim di antarkan dari organ dengan
perantara darah (Evelyn C. Pearce 2009: 167).
2.1.3
Golongan
Darah Pada Manusia
Darah
merupakan suatu subspansi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang
disebut plasma. Secara keseluruhan
darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada
dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi
interseluler yang berbentuk plasma.
Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan
seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan intregritas (Subowo, 2002: 101).
Golongan
darah adalah jejak genetik yang sangat kuat. Ternyata ada hubungannya dengan
reaksi kimia antara makanan yang kita konsumsi, jenis olahraga dan golongan
darahnya. Golongan darah A olahraga yang tepat adalah olahraga yang
mengutamakan ketenangan, seperti yoga, pilates,
tai chi, atau olahraga isometrik.
Golongan darah B olahraga yang tepat adalah olahraga cardio yang dilakukan
secara berkelompok dengan efek pusat di bagian bawah tubuh, seperti olahraga
tenis atau bersepeda. Golongan darah AB olahraga yang tepat adalah olahraga
yang ringan seperti jalan, hiking,
golf, atau menari karena golongan darah AB mempunyai masalah kendali emosi.
Sedangkan golongan darah O olahraga yang tepat adalah olahraga yang membutuhkan
tenaga dan bersifat atletis. Pada dasarnya sistem golongan darah pertamakali di
bdakan menjadi empat macam, yaitu sistem golongan darah A, B, AB, dan O; sistem
golongan darah rhesus dan penggolongan darah sistem MN. Penggolongan darah pada
manusia pertamakali di kemukakan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1900.
Menurutnya, setiap orang mempunyai golongan darah yang berbeda-beda (Nurhayati
N, 2014: 173).
Berdasarkan
ada tidaknya algutinogen, golongan
darah manusia dibedakan menjadi empat, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Aglutinogen adalah substansi dalam sel darah merah yang dapat digumpalkan oleh aglutinin, sedangkan aglutinin adalah substansi dalam plasma
darah yang menyebabkan penggumpalan pada aglutinogen.
1. Jika
seseorang di dalam sel darahnya mengandung aglutinogen
A dan serum darahnya dapat membuat aglutinin
b, maka orang tersebut bergolongan darah A. Rumus golongan darahnya adalah
(A, b).
2. Jika seseorang di dalam sel darahnya
mengandung aglutinogen B dan serum
darahnya dapat membuat aglutinin a,
maka orang tersebut bergolongan darah B. Rumus golongan darahnya adalah (B, a).
3. Jika
seseorang di dalam sel darahnya mengandung aglutinogen
A dan B tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin,
maka orang tersebut bergolongan darah AB. Rumus golongan darahnya adalah (BA,
-).
4. Jika
seseorang di dalam sel darahnya tidak mengandung aglutinogen tapi serum darahnya dapat membuat aglutinin a dan b, maka orang tersebut bergolongan darah O. Rumus
golongan darahnya adalah (-, ab).
Macam-macam golongan darah, aglutinogen, dan aglutinin yang dimiliki dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
tabel 1.1 Aglotinin pada golongan darah
Golongan
Darah
|
Aglutinogen
|
Aglutinin
|
A
B
AB
O
|
A
B
A
dan B
-
|
A
b
-
a
dan b
|
Tabel 2.1 menjukan
pengujian untuk mengetahui golongan darah ialah dengan menggunakan serum-serum
yang mengandung aglutinin, yaitu
sebagai berikut
1.
Jika darah yang diuji dicampur serum aglutinin a, kemudian menggumpal, maka
kemungkinam golongan darahnya A atau AB. Jika tidak menggumpal, maka
kemungkinan golongan darahnya B atau O.
2.
Jika darah yang diuji dicampur serum aglutinin b, kemudian menggumpal, maka
kemungkinam golongan darahnya B atau AB. Jika tidak menggumpal, maka
kemungkinan golongan darahnya A atau O.
Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.
Darah yang diuji bergolongan darah A apabila
dicampur serum aglutinin a
menggumpal, sedangkan apabila dicampur serum aglutinin b tidak menggumpal.
2.
Darah yang diuji bergolongan darah B apabila
dicampur serum aglutinin a tidak
menggumpal, sedangkan apabila dicampur serum aglutinin b menggumpal.
3.
Darah yang diuji bergolongan darah AB apabila
dicampur serum aglutinin a dan b akan
menggumpal.
4.
Darah yang diuji bergolongan darah O apabila
dicampur serum aglutinin a dan b
tidak akan menggumpal (Nurhayati N, 2014: 173).
Pengklasofikasian darah suatu individu berdasarkan ada atau tidaknya zat
atigen warisan pada permukaan membran sel darah merah, ini di sebabkan karena
adanya jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut. Golongan darah manusia di tentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu dengan golongan darah A
memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membrannya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Golongan darah B
memiliki antigen N pada permukaan sel darahnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen A dalam serum darahnya. Golongan darah AB memiliki sel darah
merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen
A maupun B. Golongan darah O memiliki sel darah merah tanpa antigen tapi
memroduksi antibodi terhadap antigen A dan B ( Ida Saraswati 2015).
2.1.4
Metabolisme
Energi
Pemulithan
energi saat aktifitas fisik diperoleh melalui proses metabolisme. Metabolisme
adalah proses kimis yang memmungkinkan sel-sel untuk dapat melangsukan hidupnya
(Giri Wiarto, 2013: 141). Definisi yang lain dari metabolisme adalah seluruh perubaha kimiawi yang terjadi di dalam
tubuh, tubuh mengubah makanan menjadi energi melalui beberapa jalur yang
berbeda. Energi yang diperlukan untuk kontraksi otot di peroleh dari zat makanan
yang dikosumsi setiap hari, namun secara umum dibedaakan menjadi jalur aerobik
dan anaerobik (Fallis, 2013).
2.1.4.1
Metabolisme
Energi pada Olahraga Aerobik
Sistem
oksigen/aerobik membutuhkan oksigen untuk memecahkan glikogen/glukosa menjadi CO2 dan H2O melalui siklus krebs (Tricarboxyclic acid= TCA) dan
sistem transport elektron. Glikogen
atau glukosa dipecah secara kimia
menjadi asam piruvat dan dengan
adanya O2 maka asam laktat tidak
menumpuk. Asam piruvat yang terbentuk
selanjutnya memasuki siklus Kreb dan
sistim transport elektron. Sistim aerobik digunakan untuk exercise yang membutuhkan energi lebih (Fallis, 2013).
Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran
oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan
ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen
otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi
energi secara aerobik di dalam tubuh.
Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan
energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda. Secara singkat
proses metabolisme energi secara aerobik meregenerasi ATP, tiga simpanan
energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa, glikogen), lemak dan juga protein, diantara
ketiganya, simpanan karbohidrat dan
lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga. Atlet dengan latihan berat, memerlukan energi expenditure 2–3 kali lebih besar dari individu yang tidak berlatih (Hernawati, 2013).
2.1.4.2
Metabolisme
Energi pada Olahraga Anaerobik
Adenosine triphosphate (ATP) merupakan
sumber energi yang terdapat di dalam sel-sel tubuh terutama sel otot yang siap
dipergunakan untuk aktivitas otot. Terdapat 2 macam sistem pemakaian energi
anaerobik yang dapat menghasilkan ATP selama
exercise yaitu:
(1) Sistem ATP-CP berguna untuk menggerakkan
otot 6 – 8 detik, misalnya pada olahraga anerobik
seperti sprint 100 m, angkat besi,
tolak peluru. Ketika ATP pecah menjadi adenosine
diphosphate dan phosphate inorganic (Pi),
dihasilkan energi yang dapat digunakan untuk kontraksi otot skelet selama exercise. Tiap molekul ATP yang terurai diestimasikan sebanyak 7 –
12 kalori, disamping ATP, otot skelet
juga mempunyai energi phosphate yang
tinggi yaitu creatine phosphate (CP),
yang dapat dipakai untuk menghasilkan ATP. ATP dan CP yang dapat digunakan
segera, sangat sedikit tersedia di dalam tubuh. Cadangan CP di otot skelet 3 – 5 kali lebih besar dari ATP
yang tercadang di otot.
(2) Sistem
asam laktat adalah sistim anaerobik
dimana ATP dihasilkan pada otot skelet
melalui glikolisis. Sistem asam laktat penting untuk olahraga
intensitas tinggi yang lamanya 20 detik – 2 menit seperti sprint 200 – 800 m, renang gaya bebas 100 m. Glukosa dari glikogen
otot dipecah menjadi asam laktat. Sistem ini penting untuk exercise anaerobik dengan
intensitas tinggi yang berguna untuk melakukan kontraksi otot. Setelah 1,5
– 2 menit melakukan exercise anaerobik,
penumpukan laktat yang terjadi akan menghambat glikolisis, sehingga timbul kelelahan otot. Melalui sistem ini dari
1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil 3 molekul ATP (Fallis, 2013).
2.1.4.3
Kelelahan
Otot
Kelelahan
adalah suatu mekanisme perlindungan
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah
istirahat. Kelelahan diatur secara sentral
oleh otak (Amrizal, 2005). Menurut
(Suma’mur 1996) kelelahan adalah reaksi fungsionil
dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh
2(dua) sistem antagonistik yaitu
sistem penghambat (inhibisi) dan
sistem penggerak (aktivasi) tetapi
semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Widiyanto, 2007).
Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini
berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi kenaikan
kadar laktat dalam darah maupun otot.
Penimbunan laktat dalam darah menjadi
masalah mendasar dalam kinerja fisik karena menimbulkan kelelahan yang kronis dan menurunkan kinerja fisik.
Penggusuran laktat yang lambat
menyebabkan sidroma latihan yang
berlebihan pada atlet sehingga dapat mengakibatkan peningkatan insiden cidera
olahraga yang dapat menyebabkan kecacatan baik sementara maupun menetap (Widiyanto, 2007).
Kelelahan
terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah
dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas
otot, atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi
serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi
lambat bekerja jika sudah lelah (Sutaklaksana, 1979).
Timbulnya
rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan
ketegangan (stres) yang dialami oleh
tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2000).
2.1.5
Aktivitas
Olahraga
Aktifitas
fisik merupakan kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat
memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan
martabat manusia. Aktifitas fisik dapat memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek kehidupan seperti psikologis, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan
fungsi biologis. Terhadap fungsi biologis, aktifitas fisik merupakan modulator
dengan spectrum pengaruh yang luas dan dapat terjadi pada tingkat fungsi. Pengaruh
aktifitas fisik terhadap fungsi biologis dapat berupa pengaruh positif yaitu
memperbaiki namun pengaruh negatif yaitu menghambat atau merusak (Agus Coco
Sianturi, 2011:1).
Akibat
salah beraktivitas rata-rata orang sekarang melakukan segala sesuatu yang tanpa
disadari telah mencederai badan mereka sendiri. Termasuk cidera badan akibat
menanggung stres fisik, tidak jarang pula akibat aktivitas fisik yang berlebih,
aktivitas fisik maksimal berdasarkan penjelasan di atas dapat membebaskan oksidan dalam jumlah yang besar dan
menjadi senyawa oksigen reaktif, hal ini dikarenakan adanya
peningkatan konsumsi oksigen terutama pada otot yang paling terbebani (paling
aktif) yaitu mencapai 100 kali normal. Senyawa
oksigen reaktif tersebut kemudian mengoksidasi zat atau senyawa lain yang ada di dekatnya sehingga terbentuklah radikal
bebas pada keadaan tertentu, aktivitas fisik berat dapat memberikan pengaruh
negatif yaitu menghambat atau mengganggu proses fisiologis di dalam tubuh
(Hairrudin dan Dina Helianti, 2009:207).
Pada
olahraga dengan intensitas tinggi dan durasi singkat, pemenuhan kebutuhan
energi meningkat hampir seratus kali lipat. Tubuh tidak mampu menghasilkan
energi yang besar dalam waktu singkat, sehingga pemenuhan kebutuhan energi pada
olahraga ini bergantung pada sistem fosfagen
dan glikolisis anaerob. Sistem fosfagen hanya dapat menyediakan energi
untuk aktivitas dengan rentan waktu dibawah sepuluh detik, sehingga glikolisis anaerobik merupakan jalur metabolisme utama pada olahraga dengan intensitas tinggi. Jalur metabolisme glikolisis anaerobik ini
menghasilkan produk samping yaitu asam
laktat. Penimbunan asam laktat
dapat menyebabkan terjadinya kelelahan, (Septiana, 2010:180).
2.1.5.1
Aktivitas
Aerobik (Yoga)
Yoga adalah
bidang yang dinamis dan menyenangkan, dari ajaran aslinya, yoga telah
berkembang menjadi sistem yang kaya akan latihan yang bertujuan menjaga
keharmonisan dan kesehatan tubuh, pikiran, dan ruh. Yoga terdiri dari
tehnik-tehnik dan latihan-latihan yang dapat menjaga kesehatan dan kesehatan
tubuh (cleire, 2006: 189).
Yoga adalah
suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body),
pikiran (mind) dan jiwa (soul) (Ridwan, 2009: 127). Yoga
mengkombinasikan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi serta latihan
peregangan (Jain, 2011: 190) dalam (Panti, Omega, & Indriati).
Senam hatha
yoga adalah seni olah tubuh yang memfokuskan porsi latihan psikis
dan fisik secara seimbang. latihan pembersihan diri melalui postur yoga dan latihan
pernapasan, serta meditasi, dengan menekankan pada penjajaran tubuh pada setiap
postur untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan dengan bantuan alat-alat.
Latihan yoga dirancang dengan lembut, bersifat alamiah, penuh perenungan, tidak
bersifat kompetitif, tidak menyiksa tubuh, tidak membutuhkan peralatan yang
banyak, tidak berat dan tidak lama.
Cara melakukan
latihan senam hatha yoga yaitu: lakukan dari latihan pemanasan, latihan inti,
dan terahkir pendinginan mulailah dari gerakan yang sederhana ke gerakan yang
komplek, dari gerakan yang mudah kegerakan yang sukar. Lakukan sesuai dengan
tingkatan latihan dari pemula,sampai ke yang tingkat mahir, (Fajar Sri 2,004:
1)
2.1.5.2
Aktivitas
Anaerobik (Renang 50 M)
Renang
merupakan cabang olahraga rekreasi dan prestasi. Sebagai olahraga prestasi,
saalah satu pertandingan renang yang di seleng garakan yaitu renang gaya bebas
50 M. Gaya bebas merupakan gaya berenang yang menciptakan tubuh melaju di
permukann air dengan cepat. Terdapat beberapa gerakan yang harus dilatih untuk
dapat melakukan teknik berenang gaya bebas dengan benar:
1. Gerakan
kaki ke atas dan ke bawah mulai dari pangkal paha, bantu dengan lecutan dari
pergerakan kaki saat kaki di gerakkan ke bawah, gerakan kaki smbil bergerak
maju.
2. Gerakan
lengan de atas permukaan air lakukan gerakan mendorong air keblelakang
menggunakan kedua telapak tangan dengan dengan kedua jari dirapatkan, posisi
ibu jari tangan saat masuk kedalam air harus tegak menghadap kebawah.
3. Saat
menarik nafas (recovery), sikut di angkat hingga berada di permukaan air, bawa
tangan ke depan di atas bahu kemudian mulailah kembali dengan gerekan (stroke)
brikutnya (Nanggala, 2006: 170).
2.2
Kerangka
Teori
Olahraga dibagi menjadi dua yaitu
olahraga aerobik dan olahraga anaerobik. Aktifitas fisik yang dilakukan dalam
olahraga aerobik dan anaerobik menyebabkan kelelahan otot dan menyebabkan
penumpukan asam laktat dalam otot dan menurunkan pH darah. Dalam olahraga
aerobik dan anaerobik yang menimbulkan asam laktat tubuh memiliki mekanisme yang
membantu untuk mengubah asam laktat menjadi energi (Hernawati, 2013).
Sistem energi ATP-PC menyediakan energi
dan digunakan untuk beraktifitas dengan durasi waktu yang singkat dan tiba-tiba
dengan intesitas yang tinggi. Sumber energi ini berasal dari simpanan ATP dan
PC yang tersedia di otot yang dipecah, ketika melakukan aktivitas fisik
maksimal, sistem energi ini hanya mampu bertaha sekitar 7-10 detik, hal ini dikarenakan
simpanan ATP dan PC dalam otot sangat sedikit, setelah ATP dan PC digunakan dan
aktifitas fisik terus berlanjut, secara otomatis tubuh akan merubah ke sistem
anaerobik–glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat
berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi
ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari
glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk
menghasilkan ATP(Hernawati, 2013).
Aerobik (Yoga)
|
Aktivitas
Olahraga
|
|
Anaerobik (Renang
50 M)
|
Kelelahan Otot
|
Metabolisme
Energi
|
Penimbunan Asam
Laktat
|
Darah
|
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.3
Hipotesis
penelitian
Hipotesis
adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul, maka permasalahan ini hipotesis
yang di ajukan adalah:
2.3.1 Ada
hubungan antara golongan darah , terhadap tingkat kelelahan pada olahraga
aerobik (yoga).
2.3.2 Ada
hubungan antara golongan darah , terhadap tingkat kelelahan pada olahraga
anaerobik (renang 50 M).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Jenis
dan Desain Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah ekserimen golongan darah dengan tingkat kelelahan dalam
olahraga aerobik dan anaerobik dengan menggunakan disain rancangan uji ANOVA. Penelitian eksperimen
bersifat ketat dalam arti disain harus mantap, dan tidak dapat berubah selama
penelitian berlangsung (Arikunto, 2006: 89).
Dalam
desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan
sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (0,1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen
(0,2) disebut posttest. Perbedaan
antara 0,1 dan 0,2 yakni 0,2-0,1 diasumsikan merupakan efek dari treatmen atau
eksperimen (Arikunto, 2006: 89).
3.2
Variabel
Penelitian
Istilah
variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis
penelitian. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:161).
Penelitian
ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2010:61).
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu aktivitas olahraga anaerobik (yoga)
dan aerobik (renang 50 m) yang ditinjau dari golongan darah. Sedangkan variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat dalam penalitian ini yaitu tingkat kelelahan otot
pada olahraga yoga dan renang 50 M.
3.3 Sampel dan Teknik Penarikan Sempel
Penelitian
Teknik
penarikan sempel adalah quota sampleyang
dilakukan tidak mendasarkan diri pada starta atau daerah, tetapi mendasarkan
diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti
peneliti menghubungi subjek yang memenuhi persaratan ciri-ciri populasi, tanpa
menghiraukan darimana asal subjek tersebut(Arikunto, 2006: 141).
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan
sampelnya menggunakan sampling yaitu dengan mengikutsertakansemua Mahasiswa
IKOR yang berjumlah 20anak dengan
masing-masing 5 pergolongan darah yang kemudian diberi kesempatan yang sama
untuk melakukan renang dan yoga. Sebelum melakukan aktifitas renang dan yoga 20
anak diukur tingkat asam laktat dalam tubuh. kemudian dilakukan kembali
pengukuran asam laktat dalam tubuh setelah aktifitas renang dan yoga itu.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data,yang dimaksud dengan
sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data akan diperoleh
(Arikunto, 2006: 129)
Cara pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah mengukur kadar asam laktat untuk meneliti tingkat
kelelahan otot pada masing-masing golongan darah dalam melakukan aktivitas
olahraga aerobik dan anaerobikdengan menggunakan Pengukurannya menggunakan accutrend plus. Pengukuran dilakukan
sebelum dan setelah melakukan aktifitas olahraga yoga dan renang 50 M.
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah cara bagaimana dapat memperoleh data dari veriabel-vareabel yang di amati
(Arikunto, 2006: 149)Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dalam penelitian ini meliputi :
1. Test
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran asam laktat sebelum
dan sesudah aktifitas olahraga renang dan yoga
2.
Tujuan test dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan aantara tingkat kelelahan yang ditinjau dari golongan
darah.
3.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalahaccutrend plus, kolam renang, stop watch, peluit, bendera, dan blangko
penilaian.
4.
Cara pelaksanaannya yaitu Mahasiswa dengan
masing-masing golongan darah di ukur asam laktat kemudian melakukan renang dan
yogalalu setelah melakukan aktivitas itu di ukur krmbali tingkat asam laktat
dalam tubuh pada masing-masing golongan darah tersebut.
5.
Kemudian semua hasil pengukuran asam laktat
dicatat dalam blangko yang telah disediakan kemudian dikelompokkan sesuai dari
urutan asam laktat dalam tubuh tersebut.
3.6 Prosedur
Penelitian
Prosedur
penelitian adalah suatu urutan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
proses pengambilan data. Berikut adalah rincian prosedur
penelitian
:
3.6.1 Hari Pertama
1. Persiapkan
5 orang dari masing-masing golongan darah.
2. Ukur
setiap 5 orang pada masing-masing golongan darah tingkat laktat dalam otot
mereka.
3. Lakukan
olahraga renang 50 m.
4. Kembali
ukur 5 orang pada masing-masing golongan darah tingkat asam laktat dalam otot
mereka.
3.6.2 Hari Kedua
1.
Persiapkan 5 orang dari masing-masing
golongan darah.
2.
Ukur setiap 5 orang pada masing-masing
golongan darah tingkat laktat dalam otot mereka.
3.
Lakukan olahraga yoga.
4.
Kembali ukur 5 orang pada masing-masing
golongan darah tingkat asam laktat dalam otot mereka.
3.7 Alur Penelitian
Penelitian
dilaksanakan dengan menyiapkan 20 orang dengan masing-masing 5 pergolongan
darah, 20 orang dengan masing-masing golongan darah, dikasih aktifitas olahraga
yoga, dengan mengukur asam laktat sebelum melakukan aktifitas olahraga yoga,
kemudian melakukan aktifitas yoga dan setelah melakukan diukur kembali asam
laktat yang terkandung pada masing-masing golongan darah tersebut, pada hari
kedua penelitian dilakukan dengan cara yang sama tapi aktifitas olahraganya diganting
dengan renang 50 M, untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:
5 orang dengan
masing-masing golongan darah
|
Pengkuran Asam
Laktat
|
Olahraga Yoga
|
Olahraga Renang
50 m
|
Pengkuran Asam
Laktat
|
Analisis Data
|
Gambar
3.1 kerangka konsep penelitian
3.8 Faktot-faktor yang Mempengaruhi
Penelitian
Usaha
yang dilakukan untuk memperkecil kendala yang timbul selama penelitian berlangsung
merupakan kegiatan yang harus dilakukan, karena dengan cara menghindari atau
menghilangkan adanya kemungkinan kesalah langkah yang dilakukan, menjadikan
penelitian ini sesuai dengan landasan teori yang ada.
3.8.1 Faktor Pemahaman pada Saat Penelitian
Pemberian
olahraga ini mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha mencapai hasil yang
baik. Usaha yang ditempuh agar penyampaian latihan pada subyek dapat dengan
baik adalah sebelum latihan dimulai subyek diberi petunjuk secara lisan,
setelah itu didemonstrasikan dengan baik agar subyek dapat mencontoh. Bagi subyek
yang merasa belum jelas diberi kesempatan untuk bertanya.
3.8.2 Faktor Tempat dan Waktu
Tempat
dan waktu sama yaitu kolam renang Jatidiri Semarang mulai pukul 07.00 sampai
dengan selesai dan gedung untuk olahraga yoga.
3.8.3 Faktor Kegiatan Sample Diluar Penelitian
Kegiatan sample
diluar penelitian sangat sulit diketahui, maka seluruh sampledisarankan agar tidak melakukan kegiatan diluar instrumen
penelitian, hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan-perbedaan data yang
di ambil.
3.8.4 Faktor Kesungguhan Hati
Faktor
kesungguhan hati dalam melakukan latihan tidaklah sama, sehingga dapat
mempengaruhi hasil percobaan, untuk itu penulis menekankan agar hasil tes yang
dicapai merupakan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
3.8.5 Faktor Alat
Tersedianya
alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini sengat berpengaruh terhadap
hasil penelitian yang dilaksanakan.
3.8.6 Faktor Tenaga Pelaksana
Agar
program latihan dalam penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai
hasil yang optimal dalam peneliti penelitian ini, tim pencatat data dab sample
sebelumnya diberi arahan mengenai tugas masing-masing.
3.9 Teknik Analisis Data dan Pengolahan data
Penelitian ini akan analisis tingkat
kelelahan otot setelah pemberian
aktivitas olahraga yoga dan renang 50 m terhadap asam laktat. Dalam penelitian
ini aktifitas olahraga yoga dan renag 50 m, tingkat kelelahan merupakan
variabel terikat dan golongan darah merupakan variabel bebas. Data yang
diperoleh berupa kadar asam laktat darah
yang diambil setelah aktivitas olahraga
renang 50 m dan yoga untuk masing-masing kelompok golongan. Analisis secara
statistik dengan analisis uji dua pihak menggunakan rumus ANOVA dengan perhitungan kadar asam laktat sebelum dan sesudah melakukan
olahraga, dengan dengan di bantu program analisis statistik SPSS.
3.9.1
Diskripsi Tahapan analisis Perbandingan
Tahapan analisis perbandingan
rata-rata meliputi : (1) Analisis normalitas dan homogenitas data. (2) Prosedur
multi perbandingan (One Way Analysis)
dan analisis lanjutan ( Post hoc
Analysis). Proses analisis dilakukan dengan bantuan progeram SPSS dan juga di lakaukan secara normal.
Penjelasa lebih lanjut mengenai diskripsi analisis masing-masing tahap
dijabarkan berikut ini:
3.9.2
Analisis Normalitas dan Homogenitas
3.9.2.1
Uji
Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Uji
1 sampel kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menetahui apakah data berdistribusi
normal. Uji Kolmogorov-Smirnov beranggapan bahwa distribusi variabel yang
sedang diuji bersifat kontinu dan pengambilan sampel secara acak sederhana.
Dengan demikian uji ini hanya dapat digunakan, bila variabel diukur paling
sedikit dalam skala ordinal. Untung menghitung dapat menggunakan rumus berikut:
Dimana:
Z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal
= Angka pada data ke-i
=
nilai rata-rata data
=
simpangan baku.
3.9.2.2
Uji Levene ( Levene tes)
Uji homogenitas dimaksud untuk
mengetahui asumsi varian yang homogen atau tidak. Jenis uji homogenitas yang di
lakukan adalah uji Leven. Hal ini
dilakukan uji Leven merupakan uji
standar yang umum di gunakan untuk ANOVA atau jenis uji homogenitas yang digunakan untuk k (>2) kelompok sempel. (Djolov,
2002:327).
Cara manual lakah-langkah
pengujian homogenitas menggunakan uji leven dengan menggunakan kelompok sample
adalah p, q dan r dipaparkan sebagai berikut: (1) menentukan jumplah seluruh
sampel (N) dan jumplah kelas (k). (2) menentukan nilai Nᵢ yaitu jumplah sample untuk kelompok ᵢ. (3) menentukan nilai
statistil L, dan data memiliki data
homogen untuk L>F tabel (
)
(k-1, n-2) (Djilo, 2002: 328-339). Uji
Levene dapat dihitung menggunakan
rumus berikut:
Dimana:
=
median atau nilai tengah.
Dimana:
= rata-rata kelompok dari
= jumlah rata-rta total dari
3.9.2.3
Analisis
Perbandingan rata-rata Satu Arah ( One
Way ANOVA)
Seperti yang telah di ungkapkan
sebelumnya analisis perbandingan rata-rata menggunakan konsep analisis
perbandingan satu arah secara parametrik yang digunakan setelah pnengujuan
normalitas dan homogenitas, setelah memberikan hasil data berdistribusi normal
dan memiliki varians yang homogen. Analisis perbandingan rata-rata secara
parametrik dilakukan dengan One Way ANOVA
(One Way Analysis of Variant) (Hillenmeyer, 2005).
Langkah-langkah
manual pengujian ANOVA sebagai berikut (1) menyusun data dalam tabel (2)
menentukan jumplah rata-rata; dan nilai (Xᵢ²)
untuk setiap nilai Xᵢ (3) menjumplahkan nilai kuadrat antara kelompok (4)
menjumplahkan nilai kuadrat dalam kelompok (5) menentukan nilai kuadrat total
(6) membuat tabel raxngkuman (Sudjan, 2005).
Rumus-rumus
yang di gunakan sebagai berikut;
(1)
One Way ANOVA
Rata-rata
kelompok
Jumlah
data kelompok
Jumlah
kuadrat (Rᵧ)
Jumlah
kuadrat-kuadrat antara kelompok (Aᵧ)
Jumlah
kuadrat-kuadrat total (
)
Jumlah
kuadrat-kuadrat dalam kelompok (Dᵧ)
Dimana:
=
jumlah sampel kelompok-
=
jumlah data total dikuadratkan
=
jumlah sampel dalam kelompok-i
=
jumlah sampel dalam kelompok-i
=
jumlah kuadrat dalam kelompok
3.9.2.4
Uji Lanjutan (Post-Hoc Analysis)
Uji lanjut dilakukan untuk melihat
perbedaan rata-rata secara lebih jelas antara kelompok dengan sarat jika
hipotesis nol dari pengujian anova di tolak, jenis uji yang di pilih adalah uji
Bonfferoni (LSD-BON) untuk asumsi kehomogenan varian tidak terpenuhi non (parametrik).
Penggunaan uji Gomes-Howell Post Hoc
Analysis didasarkan pada asumsi bahwa uji ini menggunakan analisis Post Hoc yang digunakan dalam
homogenitas varians.
Rumus-rumus
yang digunakan dalam uji ini sebagai berikut;
LDS-Bonfferoni
Standar
eror
Df
Alfa
Simultaneus
confidence
T-test
Bonfferoni
Dimana:
=
rata-rata kuadrat eror
= jumlah
sampel kelompok-j
=
jumlah sampel atau jumlah pengamatan
=
jumlah kelompok
= derajat kepercayaan untuk Bonferroni
=
perbedaan rata-rata kelompok
=
standar eror
=
nilai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar