Selasa, 24 Januari 2017

Kemampuan Olahraga Yoga dan Renang 50M terhadap tingkat kelelahan (Ditinjau Dari Golongan Darah)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Darah merupakan cairan yang selalu mengalir di dalam tubuh manusia melalui alat pernapasan dan nadi yang ada di dalam tubuh manusia. Darah mengalir keseluruh tubuh untuk menyebarkan sari makanan, oksigen maupun vitamin, protein dan karbohidrat yang didapatkan melalui makanan yang dikonsumsi manusia.Darah juga menyuplainutrisi kedalam tubuh, mengangkut zat–zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari, berbagai penyakit. (Non-invasive & Mallo, 2007).Darah juga berfungsi sebagai pengaktif metabolisme tubuh, selain itu hasil dari oksidasi darah akan menghasilkan panas pada tubuh, jika oksidasi itu baik maka suhu tubuh pula akan menjadi baik(Fallon, 2006).
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen, sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan karena hemoglobin, yaitu protein pernapasan (respiratori protein) yang mengandung besi dalam bentuk hame, yang merupakan tempat terikatnya molekul–molekul oksigen (Subowo, 2002).
Darah memiliki tiga bagian penting dan memiliki fungsi masing–masing seperti sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%), mengandung hemoglobin yang bertugas mengangkut oksigen keseluruh organ sel, keping sel darah merah atau trombosit (0,6 – 0,10%) bertugas untuk proses pembekuan darah. Leokosit atau sel darah putih bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya bagi tubuh misal, virus atau bakteri. Susunan darah atau serum darah terdiri dari air 99%, protein 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen) dan mineral 0,9% (Natrium kliroda, natrium bikarbonat, garam dari kalsium fosfor, magnesium dan zat besi), (Subowo, 2002).
Setiap individu memiliki golongan darahnya masing-masing golongan darah A, B, O dan AB. Ada 6,2 milyar penduduk dunia, golongan darah terbagi menjadi empat, yaitu O sebanyak 46%, A sebanyak 40%, B sebanyak 10%, dan AB sebanyak 4%.Golongan darah memiliki jejak genetik yang sangat kuat dan ada hubungannya dengan reaksi kimia antara makanan yang kita konsumsi dan jenis olahraga dengan golongan darah (Red Cross, 2008).
Orang dengan golongan darah A, semakin banyak melakukan latihan yang intens justru akan menambah stres pada ototnya. Otot golongan darah A akan mengencang dan akan menghasilkan banyak asam laktat jika diberi latihan, ni juga akan meningkatkan kortisol dalam diri mereka sehingga akhirnya mereka akan merasa sangat lelah dan malah menambah berat badan. Orang dengan golongan darah A lebih cocok diberi latihan seperti yoga, tai-chi atau latihan sejenisnya. Golongan darah olahraga yang cocok dengan golongan darah B ini adalah yang seimbang. Ini berarti mereka disarankan melakukan sedikit olahraga yang melibatkan olah napas serta penurunan stres seperti yoga, tetapi juga perlu melakukan latihan kardio dan angkat beban. Latihan kardio yang sederhana antara lain, jalan kaki, lari, bersepeda, berenang, dan senam. Orang yang memiliki golongan darah AB disarankan untuk menggabungkan aspek latihan antara golongan darah A dan B secara rutin. Sedangkan orang dengan golongan darah O cocok dengan latihan dengan intensitas tinggi, dan membakar lebih banyak lemak, serta meningkatkan pelepasan endorfin sehingga perasaan lebih gembira. Kombinasikan dengan pola makan yang tepat sesuai golongan darah (Josua,2014).
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskelatal disorders (MSDs) atau cidera Muskuloskelatal sistem, (Astuti, 2007).
Astrand (1986) menyatakan bahwa latihan yang dilakukan secara teratur, sistematis, dan berkesinambungan, serta dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Disamping manfaat yang positif latihan juga membawa dampak negatif misalnya terbentuk asam laktat dan radikal bebas, karena latihan merupakan stressor bagi tubuh yang dapat mempengaruhi semua sistem(Costill, 2008: Fox, 1993).
Terbentuknya asam laktat merupakan akibat aktivitas latihan dengan intensitas tinggi dan latihan dalam waktu yang lama (prolonged exrcise). Sedangkan untuk radikal bebas terbentuk karena terjadi peroksidasi (auto oksidasi) lemak yang ditandai dengan terbentuknya reactive oxygen spesies(ROS), ROS dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif (Murray, 2009). Beban yang berlebihan atau kurangnya fase pemulihan akan menghasilkan gejala sindroma latihan berlebih, yang berpengaruh baik secara fisikmaupun psikologis, (Quinn, 2008) dalam (Mochamad Purnomo, 2011).
Energi yang diperlukan pada waktu latihan dipenuhi melalui dua jalur, yaitu aerobik dan anaerobik. Penggunaan energi ini akan sangat berpengaruh pada intensitas latihan. Latihan fisik intensitas tinggi, otot berkontraksi dalam keadaan anaerobik, sehingga penyediaan ATP terjadi melalui proses glikolisis anaerobik, hal ini mengakibatkan meningkatnya kadar laktat dalam darah maupun otot, (Widiyanto, 2007).
Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi kenaikan kadar laktat dalam darah maupun otot. Penimbunan laktat dalam darah menjadi masalah mendasar dalam kinerja fisik karena menimbulkan kelelahan yang kronis dan menurunkan kinerja fisik. Metabolisme laktat yang lambat menyebabkan sindroma latihan yang berlebihan pada atlet sehingga dapat mengakibatkan peningkatan insiden cidera olahraga yang dapat menyebabkan kecacatan baik sementara maupun menetap (Widiyanto, 2007),jadi darah adalah salahsatu komponen dalam tubuh yang sangat penting untuk melihat tingkat kelelahan dalam olahraga aerobik dan anaerobik, seperti olahraga yoga dan olahraga renang 50m.
Yoga secara tradisional dipandang sebagai bentuk olahraga yang relatif aman, dan mampu meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, daya tahan, keseimbangan, dan kapasitas fungsional pada kondisi kesehatan yang baik maupun dengan gangguan musculoskeletal. Latihan yoga setelah 8 minggu menunjukkan secara signifikan meningkatkanfleksibilitas, kapasitas fungsi memori, dan efisiensi mental dibanding latihan peregangan-penguatan (Dinata, 2008).
Melihat aktivitas fisik yang dilakukan sewaktu latihan renang gayabebas 50 meter, maka tampak jelas aktivitas fisik tersebut merupakan aktivitas "intermitten" artinya suatu bentuk aktivitas yang terdiri dari interval kerja (work interval) yang diselingi dengan interval istirahat (reliefinterval). Renang 50m gaya bebas  adalah tipe olahraga anaerobik. (Abidah, Khalieqy, Pintu, & Fira, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang pengaruh olahraga aerobik (yoga) dan anaerobik (renag 50m bebas) terhadap tingkat kelelahan yang ditinjau dari golongan darah.

1.2          Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1    Apakah terdapat perbedaan antara masing-masing golongan darah A, B, AB dan O terhadap tingkat kelelahan pada olahraga yoga?
1.2.2    Apakah terdapat perbedaan antara masing-masing golongan darah A,B, AB dan O terhadap tingkat kelelahan pada olahraga renang 50 M?

1.3      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1    Untuk mengetahui perbedaan antara masing-masing golongan darah A, B, AB dan O terhadap tingkat kelelahan pada olahraga yoga?
1.3.2    Untuk mengetahui perbedaan antara masing-masing golongan darah A, B, AB dan O terhadap tingkat kelelahan pada olahraga renang 50 M?

1.4          Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.4.1    Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya, sehingga memperoleh hasil yang lebih mendalam dan memberikan pengetahuan bagi orang lain.
1.4.2     Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang tingkat kelelahan pada olahraga aerobik dan anaerobik yang masing-masing itu dilihat dari golongan darah A, B, AB, dan O.

1.5          Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi:
1.5.1    Ruang ligkup tempat
Penelitian ini dilakukan di lintasan lari lapangan Unnes
1.5.2    Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal – bulan –2016
1.5.3    Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi penelitian ini dibatasi pada bidang Ilmu Keolahragaan yang ditekankan mengenai golongan darah, tingkat kelelahan dan olahraga aerobik dan anaerobik.

1.6    Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dan kemampuan, perlu memberi batasan masalah secara jelas dan fokus pada masalah sebagai berikut:
1.6.1        Penulis lebih menekankan pada masalah golongan darah A, B, AB, O, dengan tingkat kelelahan pada olahraga aerobik dan anaerobik.
1.6.2          Penelitian hanya meneliti tentang seberapa besar pengaruh faktor kelelahan akibat pengaruh olahraga aerobik anaerobik yang di tinjaudari golongan darah. 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Landasan Teori
2.1.1     Sirkulasi Darah
        Sistem sirkulasi darah adalah suatu sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh, dikatakan tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah aliran darah. Wadah itu bisa berupa pembuluh nadi pembuluh balik, kapiler atau rongga (sinus) di organ tertentu. Sistem ini perlu dibedakan dengan sistem aliran getah bening yang merupakan aliran terbuka.
       Getah bening (lymph) terdapat di sela-sela sel diseluruh tubuh, lalu mengalir masuk ke dalam pembulu getah bening, di tempat-tempat tertentu pembulu getah bening ini bermuara pada kelenjar getah bening (lymph node), dan setelah itu melanjutkan menuju muara masing-masing. Seperempat tubuh kanan atas cairan itu pada ahirnya memasuki pembuluh darah balik tanpa saluran khusus, tiga perempat bagian tubuh yang lain lymph dialirkan melalui pembulu khusus yang dinamakan dustus thoracicus yang juga berahir pada pembuluh darah balik di sekitar pundak kiri.
       Cairan lymph mengandung banyak sel darah putih limfosit dan monosit, yang sebagian di produksi di kelenjar getah bening yang di laluinya. Darah adalah plasma beserta butir-butir eritrosit, leokosit, limposit, monosit, dan trombosit. Serum yaitu cairan yang didapat jika darah dibiarkan membeku, merupakan plasma yang telah kehilangan fibrinogen. Serum juga merupakan bagian darah yang mengandung zat anti bodi terhadap macam-macam racun yang dikeluarkan bakteri atau virus (aniel & wibowo).
        Dalam tubuh manusia, darah mengalir keseluruh bagian (organ-organ) tubuh secara terus-menerus untuk menjamin suplai oksigen dan zat-zat nutrien lainnya agar organ-organ tubuh tetap dapat berfungsi dengan baik. Aliran darah keseluruh tubuh dapat berjalan berkat adanya pemompa utama yaitu jantung dan sistem pembuluh darah sebagai alat pengalir/distribusi. Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian:
1. Sistem sirkulasi umum (sistemik): Sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri keseluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan.
2. Sistem sirkulasi paru-paru (pulmoner): Sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru-paru lalu kembali ke jantung kiri.
      Aliran darah dalam sistem sirkulasi di tubuh manusia pada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam sistem sirkulasi mencapai 5-6 liter (4,7-5,7 liter). Darah terus berputar mengalir di dalam sistem sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti. Untuk menjelaskan alur aliran darah, kita dapat memulai dari sistem sirkulasi sistemik kemudian sistem sirkulasi pulmonera. Sistem sirkulasi sistemik  dimulai ketika darah bersih (darah yang mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru) dipompa keluar oleh jantung melalui bilik (ventrikel) kiri ke pembuluh darah. Aorta lalu keseluruh bagian tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya paling kecil yang dinamakan kapilaria. Kapilaria melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian yang disebut dengan vasomotion sehingga darah didalamnya mengalir secara (intermittent). Vasomotion terjadi secara periodik dengan interval 15 detik sampai 3 menit sekali. Darah mengalir secara sangat lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan rata-rata 0,7 mm/detik, dengan aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat melalui dinding kapilaria (Wiwik Isnaeni, 2006).
        Pertukaran zat ini terjadi melalui proses difusi, pinositosis dan transpor vesikuler, serta filtrasi dan reabsorpsi. Ujung kapilaria yang membawa darah bersih dinamakan arteriole sedangkan ujung kapilaria yang membawa darah kotor dinamakan venule, terdapat hubungan antara arteriole dengan venule melalui capillary bed yang berbentuk seperti anyaman, ada juga hubungan langsung (bypass) dari arteriole ke venule melalui arteri dan vena anastomose (A-V Anastomosis). Darah dari arteri mengalir kedalam venule kemudian melalui pembuluh darah balik (vena terbesar yang menuju jantung kanan yaitu vena cava inferior dan vena cava superior) kembali ke jantung kanan (serambi/atrium kanan). Darah dari atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup trikuspid (katup berdaun). Sistem sirkulasi paru (pulmoner)  dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak mengandung oksigen O2) tetapi mengandung banyak CO2, yang berasal dari (vena cava inferior dan vena cava cuperior) mengalir meninggalkan jantung kanan (ventrikel/bilik kanan) melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru (paru kanan dan kiri). Kecepatan aliran darah di dalam arteri pulmonalis sebesar 18 cm/detik, kecepatan ini lebih lambat daripada aliran darah di dalam aorta, dalam paru kiri dan kanan, darah mengalir ke kapilari paru-paru dimana terjadi pertukaran zat dan cairan melalui proses filtrasi dan reabsorbsi serta difusi. Kapilaria paru-paru terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 sehingga menghasilkan darah bersih/darah yang mengandung banyak oksigen, (Wiwik Isnaeni, 2006).
        Darah bersih selanjutnya keluar paru melalui vena pulmonalis (vena pulmonalis kanan dan kiri) memasuki jantung kiri (atrium/serambi kiri). Kecepatan aliran darah di dalam kapilaria paru-paru sangat lambat, setelah mencapai vena pulmonalis, kecepatan aliran darah bertambah kembali, seperti halnya aorta, arteri pulmonalis hingga kapilaria juga mengalami pulsasi (berdenyut), selanjutnya darah mengalir dari atrium kiri melalui katup mitral (katup berdaun 2) memasuki ventrikel kiri lalu keluar jantung melalui aorta, maka dimulailah sistem sirkulasi sistemik (umum), dan seterusnya secara berkesinambungan (Di et al., 2011).
       Sistem sirkulasi ada dua yaitu sistem sirkulasi terbuka dan tertutup, sistem sirkulasi terbuka tidak dilengkapi dengan pembuluh darah perifer (kapiler) sehingga pada tingkat jaringan, darah akan keluar dari pembuluh dan selanjutnya mengalir bebas diantara sel jaringan. Sistem siekulasi tertutup memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan sistem sirkulasi terbuka. Sistem  ini darah darah akan mengalir dalam pembuluh secara langsung ke setiap sel tubuh, ini menjamin adanya pasokan sari makanan dan oksigen dalam jumplah memadai ke setiap sel agar proses metabolisme dapat terselenggara dengan baik  (Subowo, 2002: 173).
        
2.1.2     Fungsi Darah
        Darah memiliki tiga bagian penting dan memiliki fungsi masing–masing seperti sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%), mengandung hemoglobin yang bertugas mengangkut oksigen keseluruh organ sel, keping sel darah merah atau trombosit (0,6 – 0,10%) bertugas untuk proses pembekuan darah. Leokosit atau sel darah putih bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya bagi tubuh misal, virus atau bakteri. Susunan darah atau serum darah terdiri dari air 99%, protein 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen) dan mineral 0,9% (Natrium kliroda, natrium bikarbonat, garam dari kalsium fosfor, magnesium dan zat besi). Selain itu darah juga memiliki fungsi terpenting, sel darah merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua proses tersebut (Komariah, 2009).
       Darah memiliki fungsi mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel–sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat–zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari, berbagai penyakit (Non-invasive & Mallo, 2007). Secara umum fungsi darah ialah sebagai berikut :
 1.     Alat transpor makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan ke seluruh tubuh. 
 2.     Alat transpor O2 , yang diambil dari paru-paru atau insang untuk dibawa ke seluruh tubuh.                     
3.      Alat transpor bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paruparu (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air).
Bekerja sebagai sistem transpor, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen, dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, serta menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositisis  beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri. Plasma membagi protein yang di perlukan untuk pembentukan jaringan dan juga menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ ekskretorik untuk dibuang. Hormon dan enzim di antarkan dari organ dengan perantara darah (Evelyn C. Pearce 2009: 167).
2.1.3     Golongan Darah Pada Manusia
        Darah merupakan suatu subspansi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan intregritas (Subowo, 2002: 101).
       Golongan darah adalah jejak genetik yang sangat kuat. Ternyata ada hubungannya dengan reaksi kimia antara makanan yang kita konsumsi, jenis olahraga dan golongan darahnya. Golongan darah A olahraga yang tepat adalah olahraga yang mengutamakan ketenangan, seperti yoga, pilates, tai chi, atau olahraga isometrik. Golongan darah B olahraga yang tepat adalah olahraga cardio yang dilakukan secara berkelompok dengan efek pusat di bagian bawah tubuh, seperti olahraga tenis atau bersepeda. Golongan darah AB olahraga yang tepat adalah olahraga yang ringan seperti jalan, hiking, golf, atau menari karena golongan darah AB mempunyai masalah kendali emosi. Sedangkan golongan darah O olahraga yang tepat adalah olahraga yang membutuhkan tenaga dan bersifat atletis. Pada dasarnya sistem golongan darah pertamakali di bdakan menjadi empat macam, yaitu sistem golongan darah A, B, AB, dan O; sistem golongan darah rhesus dan penggolongan darah sistem MN. Penggolongan darah pada manusia pertamakali di kemukakan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1900. Menurutnya, setiap orang mempunyai golongan darah yang berbeda-beda (Nurhayati N, 2014: 173).
       Berdasarkan ada tidaknya algutinogen, golongan darah manusia dibedakan menjadi empat, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Aglutinogen adalah substansi dalam sel darah merah yang dapat digumpalkan oleh aglutinin, sedangkan aglutinin adalah substansi dalam plasma darah yang menyebabkan penggumpalan pada aglutinogen.
1.     Jika seseorang di dalam sel darahnya mengandung aglutinogen A dan serum darahnya dapat membuat aglutinin b, maka orang tersebut bergolongan darah A. Rumus golongan darahnya adalah (A, b).
2.      Jika seseorang di dalam sel darahnya mengandung aglutinogen B dan serum darahnya dapat membuat aglutinin a, maka orang tersebut bergolongan darah B. Rumus golongan darahnya adalah (B, a).
3.     Jika seseorang di dalam sel darahnya mengandung aglutinogen A dan B tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin, maka orang tersebut bergolongan darah AB. Rumus golongan darahnya adalah (BA, -).
4.     Jika seseorang di dalam sel darahnya tidak mengandung aglutinogen tapi serum darahnya dapat membuat aglutinin a dan b, maka orang tersebut bergolongan darah O. Rumus golongan darahnya adalah (-, ab).
       Macam-macam golongan darah, aglutinogen, dan aglutinin yang dimiliki dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
tabel 1.1 Aglotinin pada golongan darah
Golongan Darah
Aglutinogen
Aglutinin
A
B
AB
O
A
B
A dan B
-
A
b
-
a dan b

      
 Tabel 2.1 menjukan pengujian untuk mengetahui golongan darah ialah dengan menggunakan serum-serum yang mengandung aglutinin, yaitu sebagai berikut
1.         Jika darah yang diuji dicampur serum aglutinin a, kemudian menggumpal, maka kemungkinam golongan darahnya A atau AB. Jika tidak menggumpal, maka kemungkinan golongan darahnya B atau O.
2.         Jika darah yang diuji dicampur serum aglutinin b, kemudian menggumpal, maka kemungkinam golongan darahnya B atau AB. Jika tidak menggumpal, maka kemungkinan golongan darahnya A atau O.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.         Darah yang diuji bergolongan darah A apabila dicampur serum aglutinin a menggumpal, sedangkan apabila dicampur serum aglutinin b tidak menggumpal.
2.         Darah yang diuji bergolongan darah B apabila dicampur serum aglutinin a tidak menggumpal, sedangkan apabila dicampur serum aglutinin b menggumpal.
3.         Darah yang diuji bergolongan darah AB apabila dicampur serum aglutinin a dan b akan menggumpal.
4.         Darah yang diuji bergolongan darah O apabila dicampur serum aglutinin a dan b tidak akan menggumpal (Nurhayati N, 2014: 173).
       Pengklasofikasian darah suatu individu berdasarkan ada atau tidaknya zat atigen warisan pada permukaan membran sel darah merah, ini di sebabkan karena adanya jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Golongan darah manusia di tentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membrannya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Golongan darah B memiliki antigen N pada permukaan sel darahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Golongan darah O memiliki sel darah merah tanpa antigen tapi memroduksi antibodi terhadap antigen A dan B ( Ida Saraswati 2015).

2.1.4     Metabolisme Energi
        Pemulithan energi saat aktifitas fisik diperoleh melalui proses metabolisme. Metabolisme adalah proses kimis yang memmungkinkan sel-sel untuk dapat melangsukan hidupnya (Giri Wiarto, 2013: 141). Definisi yang lain dari metabolisme adalah seluruh perubaha kimiawi yang terjadi di dalam tubuh, tubuh mengubah makanan menjadi energi melalui beberapa jalur yang berbeda. Energi yang diperlukan untuk kontraksi otot di peroleh dari zat makanan yang dikosumsi setiap hari, namun secara umum dibedaakan menjadi jalur aerobik dan anaerobik (Fallis, 2013).

2.1.4.1   Metabolisme Energi pada Olahraga Aerobik
        Sistem oksigen/aerobik membutuhkan oksigen untuk memecahkan glikogen/glukosa menjadi CO2 dan H2O melalui siklus krebs (Tricarboxyclic acid= TCA) dan sistem transport elektron. Glikogen atau glukosa dipecah secara kimia menjadi asam piruvat dan dengan adanya O2 maka asam laktat tidak menumpuk. Asam piruvat yang terbentuk selanjutnya memasuki siklus Kreb dan sistim transport elektron. Sistim aerobik digunakan untuk exercise yang membutuhkan energi lebih (Fallis, 2013).
       Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda. Secara singkat proses metabolisme energi secara aerobik meregenerasi ATP, tiga simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa, glikogen), lemak dan juga protein, diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga. Atlet dengan latihan berat, memerlukan energi expenditure 2–3 kali lebih besar dari individu yang tidak berlatih (Hernawati, 2013).

2.1.4.2   Metabolisme Energi pada Olahraga Anaerobik
        Adenosine triphosphate (ATP) merupakan sumber energi yang terdapat di dalam sel-sel tubuh terutama sel otot yang siap dipergunakan untuk aktivitas otot. Terdapat 2 macam sistem pemakaian energi anaerobik yang dapat menghasilkan ATP selama exercise yaitu:
        (1) Sistem ATP-CP berguna untuk menggerakkan otot 6 – 8 detik, misalnya pada olahraga anerobik seperti sprint 100 m, angkat besi, tolak peluru. Ketika ATP pecah menjadi adenosine diphosphate dan phosphate inorganic (Pi), dihasilkan energi yang dapat digunakan untuk kontraksi otot skelet selama exercise. Tiap molekul ATP yang terurai diestimasikan sebanyak 7 – 12 kalori, disamping ATP, otot skelet juga mempunyai energi phosphate yang tinggi yaitu creatine phosphate (CP), yang dapat dipakai untuk menghasilkan ATP. ATP dan CP yang dapat digunakan segera, sangat sedikit tersedia di dalam tubuh. Cadangan CP di otot skelet 3 – 5 kali lebih besar dari ATP yang tercadang di otot.
        (2) Sistem asam laktat adalah sistim anaerobik dimana ATP dihasilkan pada otot skelet melalui glikolisis. Sistem asam laktat penting untuk olahraga intensitas tinggi yang lamanya 20 detik – 2 menit seperti sprint 200 – 800 m, renang gaya bebas 100 m. Glukosa dari glikogen otot dipecah menjadi asam laktat. Sistem ini penting untuk exercise anaerobik dengan intensitas tinggi yang berguna untuk melakukan kontraksi otot. Setelah 1,5 – 2 menit melakukan exercise anaerobik, penumpukan laktat yang terjadi akan menghambat glikolisis, sehingga timbul kelelahan otot. Melalui sistem ini dari 1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil 3 molekul ATP (Fallis, 2013).

2.1.4.3      Kelelahan Otot
      Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh  otak (Amrizal, 2005). Menurut (Suma’mur 1996) kelelahan adalah reaksi fungsionil dari  pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2(dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Widiyanto, 2007).
       Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi kenaikan kadar laktat dalam darah maupun otot. Penimbunan laktat dalam darah menjadi masalah mendasar dalam kinerja fisik karena menimbulkan kelelahan yang kronis dan menurunkan kinerja fisik. Penggusuran laktat yang lambat menyebabkan sidroma latihan yang berlebihan pada atlet sehingga dapat mengakibatkan peningkatan insiden cidera olahraga yang dapat menyebabkan kecacatan baik sementara maupun menetap (Widiyanto, 2007).
        Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot, atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah (Sutaklaksana, 1979).
       Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami oleh tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2000).

2.1.5     Aktivitas Olahraga
        Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan martabat manusia. Aktifitas fisik dapat memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan seperti psikologis, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan fungsi biologis. Terhadap fungsi biologis, aktifitas fisik merupakan modulator dengan spectrum pengaruh yang luas dan dapat terjadi pada tingkat fungsi. Pengaruh aktifitas fisik terhadap fungsi biologis dapat berupa pengaruh positif yaitu memperbaiki namun pengaruh negatif yaitu menghambat atau merusak (Agus Coco Sianturi, 2011:1).
         Akibat salah beraktivitas rata-rata orang sekarang melakukan segala sesuatu yang tanpa disadari telah mencederai badan mereka sendiri. Termasuk cidera badan akibat menanggung stres fisik, tidak jarang pula akibat aktivitas fisik yang berlebih, aktivitas fisik maksimal berdasarkan penjelasan di atas dapat membebaskan oksidan dalam jumlah yang besar dan menjadi senyawa oksigen reaktif, hal ini dikarenakan adanya peningkatan konsumsi oksigen terutama pada otot yang paling terbebani (paling aktif) yaitu mencapai 100 kali normal. Senyawa oksigen reaktif tersebut kemudian mengoksidasi zat atau senyawa lain yang ada di dekatnya sehingga terbentuklah radikal bebas pada keadaan tertentu, aktivitas fisik berat dapat memberikan pengaruh negatif yaitu menghambat atau mengganggu proses fisiologis di dalam tubuh (Hairrudin dan Dina Helianti, 2009:207).
        Pada olahraga dengan intensitas tinggi dan durasi singkat, pemenuhan kebutuhan energi meningkat hampir seratus kali lipat. Tubuh tidak mampu menghasilkan energi yang besar dalam waktu singkat, sehingga pemenuhan kebutuhan energi pada olahraga ini bergantung pada sistem fosfagen dan glikolisis anaerob. Sistem fosfagen hanya dapat menyediakan energi untuk aktivitas dengan rentan waktu dibawah sepuluh detik, sehingga glikolisis anaerobik merupakan jalur metabolisme utama pada olahraga dengan intensitas tinggi. Jalur metabolisme glikolisis anaerobik ini menghasilkan produk samping yaitu asam laktat. Penimbunan asam laktat dapat menyebabkan terjadinya kelelahan, (Septiana, 2010:180).

2.1.5.1      Aktivitas Aerobik (Yoga)
       Yoga adalah bidang yang dinamis dan menyenangkan, dari ajaran aslinya, yoga telah berkembang menjadi sistem yang kaya akan latihan yang bertujuan menjaga keharmonisan dan kesehatan tubuh, pikiran, dan ruh. Yoga terdiri dari tehnik-tehnik dan latihan-latihan yang dapat menjaga kesehatan dan kesehatan tubuh (cleire, 2006: 189).
       Yoga adalah suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul) (Ridwan, 2009: 127). Yoga mengkombinasikan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi serta latihan peregangan (Jain, 2011: 190) dalam (Panti, Omega, & Indriati).
       Senam hatha yoga adalah seni olah tubuh yang memfokuskan porsi latihan psikis dan fisik secara seimbang. latihan pembersihan diri melalui postur yoga dan latihan pernapasan, serta meditasi, dengan menekankan pada penjajaran tubuh pada setiap postur untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan dengan bantuan alat-alat. Latihan yoga dirancang dengan lembut, bersifat alamiah, penuh perenungan, tidak bersifat kompetitif, tidak menyiksa tubuh, tidak membutuhkan peralatan yang banyak, tidak berat dan tidak lama.
       Cara melakukan latihan senam hatha yoga yaitu: lakukan dari latihan pemanasan, latihan inti, dan terahkir pendinginan mulailah dari gerakan yang sederhana ke gerakan yang komplek, dari gerakan yang mudah kegerakan yang sukar. Lakukan sesuai dengan tingkatan latihan dari pemula,sampai ke yang tingkat mahir, (Fajar Sri 2,004: 1)
2.1.5.2          Aktivitas Anaerobik (Renang 50 M)
        Renang merupakan cabang olahraga rekreasi dan prestasi. Sebagai olahraga prestasi, saalah satu pertandingan renang yang di seleng garakan yaitu renang gaya bebas 50 M. Gaya bebas merupakan gaya berenang yang menciptakan tubuh melaju di permukann air dengan cepat. Terdapat beberapa gerakan yang harus dilatih untuk dapat melakukan teknik berenang gaya bebas dengan benar:
1.     Gerakan kaki ke atas dan ke bawah mulai dari pangkal paha, bantu dengan lecutan dari pergerakan kaki saat kaki di gerakkan ke bawah, gerakan kaki smbil bergerak maju.
2.     Gerakan lengan de atas permukaan air lakukan gerakan mendorong air keblelakang menggunakan kedua telapak tangan dengan dengan kedua jari dirapatkan, posisi ibu jari tangan saat masuk kedalam air harus tegak menghadap kebawah.
3.     Saat menarik nafas (recovery), sikut di angkat hingga berada di permukaan air, bawa tangan ke depan di atas bahu kemudian mulailah kembali dengan gerekan (stroke) brikutnya (Nanggala, 2006: 170).

2.2         Kerangka Teori
       Olahraga dibagi menjadi dua yaitu olahraga aerobik dan olahraga anaerobik. Aktifitas fisik yang dilakukan dalam olahraga aerobik dan anaerobik menyebabkan kelelahan otot dan menyebabkan penumpukan asam laktat dalam otot dan menurunkan pH darah. Dalam olahraga aerobik dan anaerobik yang menimbulkan asam laktat tubuh memiliki mekanisme yang membantu untuk mengubah asam laktat menjadi energi (Hernawati, 2013).
        Sistem energi ATP-PC menyediakan energi dan digunakan untuk beraktifitas dengan durasi waktu yang singkat dan tiba-tiba dengan intesitas yang tinggi. Sumber energi ini berasal dari simpanan ATP dan PC yang tersedia di otot yang dipecah, ketika melakukan aktivitas fisik maksimal, sistem energi ini hanya mampu bertaha sekitar 7-10 detik, hal ini dikarenakan simpanan ATP dan PC dalam otot sangat sedikit, setelah ATP dan PC digunakan dan aktifitas fisik terus berlanjut, secara otomatis tubuh akan merubah ke sistem anaerobik–glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP(Hernawati, 2013).





Aerobik (Yoga)
Aktivitas Olahraga

Anaerobik (Renang 50 M)
 





                                                       
Kelelahan Otot
Metabolisme Energi
Penimbunan Asam Laktat
Darah
 











Gambar 2.1 Kerangka Teori



2.3         Hipotesis penelitian
       Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul, maka permasalahan ini hipotesis yang di ajukan adalah:
2.3.1     Ada hubungan antara golongan darah , terhadap tingkat kelelahan pada olahraga aerobik (yoga).
2.3.2     Ada hubungan antara golongan darah , terhadap tingkat kelelahan pada olahraga anaerobik (renang 50 M).



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1      Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah ekserimen golongan darah dengan tingkat kelelahan dalam olahraga aerobik dan anaerobik dengan menggunakan disain rancangan uji ANOVA. Penelitian eksperimen bersifat ketat dalam arti disain harus mantap, dan tidak dapat berubah selama penelitian berlangsung (Arikunto, 2006: 89).
Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (0,1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (0,2) disebut posttest. Perbedaan antara 0,1 dan 0,2 yakni 0,2-0,1 diasumsikan merupakan efek dari treatmen atau eksperimen (Arikunto, 2006: 89).

3.2      Variabel Penelitian
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:161).
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2010:61). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu aktivitas olahraga anaerobik (yoga) dan aerobik (renang 50 m) yang ditinjau dari golongan darah. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penalitian ini yaitu tingkat kelelahan otot pada olahraga yoga dan renang 50 M.

3.3 Sampel dan Teknik Penarikan Sempel Penelitian
Teknik penarikan sempel adalah quota sampleyang dilakukan tidak mendasarkan diri pada starta atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti peneliti menghubungi subjek yang memenuhi persaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan darimana asal subjek tersebut(Arikunto, 2006: 141).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan sampling yaitu dengan mengikutsertakansemua Mahasiswa IKOR  yang berjumlah 20anak dengan masing-masing 5 pergolongan darah yang kemudian diberi kesempatan yang sama untuk melakukan renang dan yoga. Sebelum melakukan aktifitas renang dan yoga 20 anak diukur tingkat asam laktat dalam tubuh. kemudian dilakukan kembali pengukuran asam laktat dalam tubuh setelah aktifitas renang dan yoga itu.


3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data,yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data akan diperoleh (Arikunto, 2006: 129)
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengukur kadar asam laktat untuk meneliti tingkat kelelahan otot pada masing-masing golongan darah dalam melakukan aktivitas olahraga aerobik dan anaerobikdengan menggunakan Pengukurannya menggunakan accutrend plus. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah melakukan aktifitas olahraga yoga dan renang 50 M.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah cara bagaimana dapat memperoleh data dari veriabel-vareabel yang di amati (Arikunto, 2006: 149)Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dalam penelitian ini meliputi :
1.     Test yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran asam laktat sebelum dan sesudah aktifitas olahraga renang dan yoga
2.     Tujuan test dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aantara tingkat kelelahan yang ditinjau dari golongan darah.
3.     Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalahaccutrend plus, kolam renang, stop watch, peluit, bendera, dan blangko penilaian.
4.     Cara pelaksanaannya yaitu Mahasiswa dengan masing-masing golongan darah di ukur asam laktat kemudian melakukan renang dan yogalalu setelah melakukan aktivitas itu di ukur krmbali tingkat asam laktat dalam tubuh pada masing-masing golongan darah tersebut.
5.     Kemudian semua hasil pengukuran asam laktat dicatat dalam blangko yang telah disediakan kemudian dikelompokkan sesuai dari urutan asam laktat dalam tubuh tersebut.

3.6  Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu urutan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam proses pengambilan data. Berikut adalah rincian prosedur 
penelitian :

3.6.1    Hari Pertama
1.     Persiapkan 5 orang dari masing-masing golongan darah.
2.     Ukur setiap 5 orang pada masing-masing golongan darah tingkat laktat dalam otot mereka.
3.     Lakukan olahraga renang 50 m.
4.     Kembali ukur 5 orang pada masing-masing golongan darah tingkat asam laktat dalam otot mereka.
3.6.2    Hari Kedua
1.     Persiapkan 5 orang dari masing-masing golongan darah.
2.     Ukur setiap 5 orang pada masing-masing golongan darah tingkat laktat dalam otot mereka.
3.     Lakukan olahraga yoga.
4.     Kembali ukur 5 orang pada masing-masing golongan darah tingkat asam laktat dalam otot mereka.

3.7 Alur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menyiapkan 20 orang dengan masing-masing 5 pergolongan darah, 20 orang dengan masing-masing golongan darah, dikasih aktifitas olahraga yoga, dengan mengukur asam laktat sebelum melakukan aktifitas olahraga yoga, kemudian melakukan aktifitas yoga dan setelah melakukan diukur kembali asam laktat yang terkandung pada masing-masing golongan darah tersebut, pada hari kedua penelitian dilakukan dengan cara yang sama tapi aktifitas olahraganya diganting dengan renang 50 M, untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:




5 orang dengan masing-masing golongan darah



Pengkuran Asam Laktat


Olahraga Yoga
Olahraga Renang 50 m



Pengkuran Asam Laktat



Analisis Data



Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

3.8 Faktot-faktor yang Mempengaruhi Penelitian
Usaha yang dilakukan untuk memperkecil kendala yang timbul selama penelitian berlangsung merupakan kegiatan yang harus dilakukan, karena dengan cara menghindari atau menghilangkan adanya kemungkinan kesalah langkah yang dilakukan, menjadikan penelitian ini sesuai dengan landasan teori yang ada.


3.8.1     Faktor Pemahaman pada Saat Penelitian
Pemberian olahraga ini mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha mencapai hasil yang baik. Usaha yang ditempuh agar penyampaian latihan pada subyek dapat dengan baik adalah sebelum latihan dimulai subyek diberi petunjuk secara lisan, setelah itu didemonstrasikan dengan baik agar subyek dapat mencontoh. Bagi subyek yang merasa belum jelas diberi kesempatan untuk bertanya.

3.8.2     Faktor Tempat dan Waktu
Tempat dan waktu sama yaitu kolam renang Jatidiri Semarang mulai pukul 07.00 sampai dengan selesai dan gedung untuk olahraga yoga.

3.8.3     Faktor Kegiatan Sample Diluar Penelitian
Kegiatan sample diluar penelitian sangat sulit diketahui, maka seluruh sampledisarankan agar tidak melakukan kegiatan diluar instrumen penelitian, hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan-perbedaan data yang di ambil.

3.8.4     Faktor Kesungguhan Hati
Faktor kesungguhan hati dalam melakukan latihan tidaklah sama, sehingga dapat mempengaruhi hasil percobaan, untuk itu penulis menekankan agar hasil tes yang dicapai merupakan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

3.8.5     Faktor Alat
Tersedianya alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini sengat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang dilaksanakan.
3.8.6     Faktor Tenaga Pelaksana
Agar program latihan dalam penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai hasil yang optimal dalam peneliti penelitian ini, tim pencatat data dab sample sebelumnya diberi arahan mengenai tugas masing-masing.

3.9 Teknik Analisis Data dan Pengolahan data
       Penelitian ini akan analisis tingkat kelelahan otot  setelah pemberian aktivitas olahraga yoga dan renang 50 m terhadap asam laktat. Dalam penelitian ini aktifitas olahraga yoga dan renag 50 m, tingkat kelelahan merupakan variabel terikat dan golongan darah merupakan variabel bebas. Data yang diperoleh berupa  kadar asam laktat darah yang diambil  setelah aktivitas olahraga renang 50 m dan yoga untuk masing-masing kelompok golongan. Analisis secara statistik dengan analisis uji dua pihak menggunakan rumus ANOVA dengan perhitungan kadar asam laktat sebelum dan sesudah melakukan olahraga, dengan dengan di bantu program analisis statistik SPSS.
3.9.1        Diskripsi Tahapan analisis Perbandingan
              Tahapan analisis perbandingan rata-rata meliputi : (1) Analisis normalitas dan homogenitas data. (2) Prosedur multi perbandingan (One Way  Analysis) dan analisis lanjutan ( Post hoc Analysis). Proses analisis dilakukan dengan bantuan progeram SPSS dan juga di lakaukan secara normal. Penjelasa lebih lanjut mengenai diskripsi analisis masing-masing tahap dijabarkan berikut ini:
3.9.2        Analisis Normalitas dan Homogenitas
3.9.2.1    Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
                 Uji 1 sampel kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menetahui apakah data berdistribusi normal. Uji Kolmogorov-Smirnov beranggapan bahwa distribusi variabel yang sedang diuji bersifat kontinu dan pengambilan sampel secara acak sederhana. Dengan demikian uji ini hanya dapat digunakan, bila variabel diukur paling sedikit dalam skala ordinal. Untung menghitung dapat menggunakan rumus berikut:
Dimana:
Z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal
 = Angka pada data ke-i
 = nilai rata-rata data
 = simpangan baku.
3.9.2.2    Uji Levene ( Levene tes)
                 Uji homogenitas dimaksud untuk mengetahui asumsi varian yang homogen atau tidak. Jenis uji homogenitas yang di lakukan adalah uji Leven. Hal ini dilakukan uji Leven merupakan uji standar yang umum di gunakan untuk ANOVA atau jenis uji homogenitas yang digunakan  untuk k (>2) kelompok sempel. (Djolov, 2002:327).
                 Cara manual lakah-langkah pengujian homogenitas menggunakan uji leven dengan menggunakan kelompok sample adalah p, q dan r dipaparkan sebagai berikut: (1) menentukan jumplah seluruh sampel (N) dan jumplah kelas (k). (2) menentukan nilai Nᵢ yaitu jumplah sample untuk kelompok ᵢ. (3) menentukan nilai statistil L, dan data memiliki data homogen untuk L>F tabel ( ) (k-1, n-2) (Djilo, 2002: 328-339). Uji Levene dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Dimana:
 = median atau nilai tengah.
Dimana:
= rata-rata kelompok dari
= jumlah rata-rta total dari
3.9.2.3    Analisis Perbandingan rata-rata Satu Arah ( One Way ANOVA)
                 Seperti yang telah di ungkapkan sebelumnya analisis perbandingan rata-rata menggunakan konsep analisis perbandingan satu arah secara parametrik yang digunakan setelah pnengujuan normalitas dan homogenitas, setelah memberikan hasil data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Analisis perbandingan rata-rata secara parametrik dilakukan dengan One Way ANOVA (One Way Analysis of Variant) (Hillenmeyer, 2005).
Langkah-langkah manual pengujian ANOVA sebagai berikut (1) menyusun data dalam tabel (2) menentukan jumplah rata-rata; dan nilai  (Xᵢ²) untuk setiap nilai Xᵢ (3) menjumplahkan nilai kuadrat antara kelompok (4) menjumplahkan nilai kuadrat dalam kelompok (5) menentukan nilai kuadrat total (6) membuat tabel raxngkuman (Sudjan, 2005).
Rumus-rumus yang di gunakan sebagai berikut;
(1)   One Way ANOVA
Rata-rata kelompok
Jumlah data kelompok

Jumlah kuadrat (Rᵧ)

Jumlah kuadrat-kuadrat antara kelompok (Aᵧ)
Jumlah kuadrat-kuadrat total ( )
Jumlah kuadrat-kuadrat dalam kelompok (Dᵧ)
Dimana:
 = jumlah sampel kelompok-
 = jumlah data total dikuadratkan
 = jumlah sampel dalam kelompok-i
 = jumlah sampel dalam kelompok-i
 = jumlah kuadrat dalam kelompok
3.9.2.4   Uji Lanjutan (Post-Hoc Analysis)
              Uji lanjut dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata secara lebih jelas antara kelompok dengan sarat jika hipotesis nol dari pengujian anova di tolak, jenis uji yang di pilih adalah uji Bonfferoni (LSD-BON) untuk asumsi kehomogenan varian tidak terpenuhi non (parametrik). Penggunaan uji Gomes-Howell Post Hoc Analysis didasarkan pada asumsi bahwa uji ini menggunakan analisis Post Hoc yang digunakan dalam homogenitas varians.
Rumus-rumus yang digunakan dalam uji ini sebagai berikut;
LDS-Bonfferoni
Standar eror
Df
Alfa
Simultaneus confidence
T-test Bonfferoni
Dimana:
 = rata-rata kuadrat eror
 = jumlah sampel kelompok-j
 = jumlah sampel atau jumlah pengamatan
 = jumlah kelompok
= derajat kepercayaan untuk Bonferroni
 = perbedaan rata-rata kelompok
 = standar eror
 = nilai