Sabtu, 14 Juni 2014

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI SUPLEMEN PADA MAHASISWA PJKR FIK UNNES TAHUN 2012 “









PROPOSAL PENELITIAN
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  KONSUMSI  SUPLEMEN
 PADA MAHASISWA PJKR FIK UNNES TAHUN 2012  
Proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar keolahraga
Disusun Oleh
Purwo Susilo Nugroho (6211412141)


JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Era  globalisasi merupakan era dimana Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas mutlak diperlukan. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Karena untuk memajukan SDM faktor-faktor tersebut mengalami kemajuan-kemajuan, oleh karena itu makin banyak orang menyadari akan pentingnya makanan sehari-hari untuk memelihara kesehatan (Soekirman, 2006).
            Pergeseran gaya hidup di masyarakat telah berdampak pada pola makan. Masyarakat cenderung lebih memilih dan menyukai jenis-jenis makanan yang praktis dan siap saji (fast food), yang banyak beredar di pasaran. Meningkatnya perkembangan teknologi, terutama dibidang makanan semakin memberi  keleluasaan bagi kita untuk memilih cara  memenuhi kebutuhan tubuh akan makanan dan zat gizi. Berbagai bahan makanan dan zat gizi diolah kemudian dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana dan praktis. Salah satu produk kemajuan teknologi makanan yang kini sedang popular adalah suplemen makanan.
Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004  tentang  ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan menyebutkan bahwa suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. 
Jenis suplemen makanan bermacam-macam, antara lain suplemen yang mengandung  vitamin dan mineral, suplemen yang mengandung minyak alami, dan suplemen yang  mengandung enzim dan lain-lain. Namun beberapa sumber menyatakan bahwa  suplemen vitamin dan mineral merupakan suplemen yang  paling sering dikonsumsi oleh masyarakat umumnya dan atlet muda khususnya (McDowall, 2007). Hal ini disebabkan karena vitamin dan mineral adalah bahan organik yang esensial bagi tubuh namun tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh, sehingga harus disediakan lewat makanan, oleh karena itu banyak produsen makanan memanfaatkan hal ini dengan memproduksi berbagai macam suplemen vitamin dan mineral.
Gaya hidup mengonsumsi suplemen makanan tidak hanya terbatas di negara maju. Globalisasi membuat kalangan tertentu di negara berkembang mulai mengadopsi kecenderungan itu termasuk Indonesia. Pesatnya perkembangan tersebut tidak terlepas dari gencarnya promosi oleh produsen, baik melalui media cetak ataupun elektronikGreger (2001) menyebutkan bahwa data di Amerika Serikat dari The 1999 Health Focus Trends Report  mengindikasikan 54% populasinya menggunakan suplemen vitamin/mineral sekali dalam seminggu. Di Indonesia dalam survey kesehatan dan kesejahteraan Indonesia tahun 2010 yang dilakukan oleh Philips dengan melibatkan 1004 responden terungkap bahwa 49% penduduk rutin mengkonsumsi suplemen atau vitamin.Wanita merupakan kelompok terbanyak yang mengkonsumsi suplemen yaitu sebanyak 52 % sedangkan pria hanya 45 %.
Banyak masyarakat mengkonsumsi vitamin dan mineral dalam dosis besar hanya karena intuisi pribadi dan pengaruh iklan daripada berdasarkan pemahaman ilmiah mengenai keuntungan dan kerugian penggunaan suplemen tersebut. Penggunaan suplemen perlu memperhatikan aturan pakainya.Mengkonsumsi suplemen makanan tidaklah salah, namun yang perlu diperhatikan adalah penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh karena konsumsi yang berlebihan akan mengganggu pencernaan, menyebabkan diare dan keracunan (Guthrie,1995). Dalam Vitahealth (2009), disebutkan bahwa penggunaan konsumsi suplemen yang berlebihan bukannya semakin bermanfaat, namun justru membahayakan kesehatan. Salah satu contoh  efek itu diantaranya penggunaan suplemen vitamin A yang berlebihan menyebabkan efek toksik seperti menimbulkan gejala dermatitis, rambut rontok, dan edema. Sedangkan efek kelebihan penggunaan mineral kalsium dapat menimbulkan batu ginjal dan konstipasi. 
Keinginan untuk mengkonsumsi produk yang praktis dan dapat melengkapi pemenuhan kebutuhan zat gizi yang belum seimbang menyebabkan permintaan terhadap produk suplemen makanan semakin meningkat (Gunawan, 1999). Dewasa ini penggunaan suplemen makanan cenderung meningkat, tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun peningkatan konsumsi suplemen juga terjadi pada para remaja. Berdasarkan penelitian Pertiwi (2008), diperoleh 80 responden yaitu remaja puteri di agensi model (64,5%) yang mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral demikian juga penelitian Ramadani (2005)  menyatakan bahwa 62,4% remaja  SMA Islam Al-Azhar mengkonsumsi
suplemen makanan. Hal ini mungkin dikarenakan terjadinya perubahan pola makan dan gaya hidup para remaja yang cenderung lebih menyukai jenis makanan yang praktis, dan cepat saji yang banyak beredar di pasaran. 
Menurut Arisman (2004), ada tiga alasan mengapa remaja rentan terhadap masalah gizi, yaitu terjadi percepatan pertumbuhan dan pengembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makanan, serta kondisi khusus seperti keikutsertaan dalam olahraga yang dapat meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi.  
Menurut penelitian Istihara et.al (2003), menunjukkan bahwa semakin sering seseorang melakukan olahraga maka kecenderungan untuk mengkonsumsi suplemen akan semakin besar. Hal ini menurut Zeisel (2000), karena aktifitas olahraga yang tinggi dapat menyebabkan reactive oxygen derivatives yang dapat merusak sel, oleh karena itu diperlukan suplemen. 
 Hal tersebut juga diperkuat oleh studi yang dilakukan university di NCAA (National Collegiate Athletic Association) Division I menunjukkan sebanyak 88% atlet mengkonsumsi suplemen sedikitnya satu jenis suplemen dan sebanyak 58% mengkonsumsi lebih dari satu jenis suplemen (Burns et al, 2004 dalam McDowall, 2007). Kristiansen et al (2005) dalam McDowall (2007) menyebutkan bahwa 94,3% atlet kanada ditemukan mengkonsumsi satu atau lebih jenis suplemen sedikitnya satu kali dalam sebulan, Slater et al (2005) dalam McDowall (2007) menyebutkan sebanyak 77% atlet singapura dilaporkan mengonsumsi suplemen. 
Dari beberapa sumber menyatakan bahwa orang yang aktif  atau banyak melakukan aktifitas olahraga membutuhkan suplemen vitamin dan mineral, karena dengan meningkatnya aktifitas maka  metabolisme tubuh meningkat, untuk mendukung metabolisme ekstra tersebut maka dibutuhkan pula jumlah vitamin dan mineral yang ekstra pula dan salah satu cara yang dipilih adalah dengan mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral.
   Hal ini juga dilakukan oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi(PJKR).Jurusan ini merupakan jurusan yang menghasilkan calon guru olahraga.Jurusan ini terbagi lagi menjadi dua prodi yaitu PJKR(pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi) dan PJPGSD(pendidikan jasmani sekolah dasar).Sebagai calon guru olahraga tentunya aktivitas perkuliahan mahasiswa jurusan ini lebih banyak diluar kelas/outdoor terutama di lapangan.Setiap hari mahasiswa kuliah yang berhubungan dengan olahraga contohnya bola basket,bola volley,renang,sepak bola dll. Mayoritas mahasiswanya adalah laki-laki Aktivitas yang mereka lakukan tentu saja membutuhkan banyak energi.
  Beragam aktifitas sekolah dan kegiatan olahraga yang rutin dilakukan oleh mahasiswa jurusan PJKR UNNES semua itu menuntut mahasiswanya untuk memiliki kondisi tubuh yang prima dan kebutuhan zat gizi yang tinggi.
Dalam tubuh mahasiswa olahragawan harus selalu tersedia cadangan energi yang sewaktu-waktu dapat dimobilisasikan untuk menghasilkan energi. Cadangan energi tersimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen. Jika cadangan glikogen dalam tubuh sedikit, maka olahragawan akan cepat lelah karena kehabisan tenaga (Moehji, 2003). Oleh sebab itu, dianjurkan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, sehingga zat gizi yang diperlukan dapat terpenuhi (Depkes, 1995).Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kecukupan zat gizi didalam tubuh sekaligus adanya kekhawatiran makanan yang di konsumsi tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi menyebabkan produk suplemen makanan menjadi sangat laku di pasaran (Syahni dan Hardinsyah, 2002)
Pemakaian suplemen protein pada mahasiswa olahraga dipercaya dapat meningkatkan ukuran otot, sehingga kekuatan otot akan bertambah dan dapat mengurangi lemak tubuh. Penggunaan ekstra protein dapat berupa menambah bahan makanan sumber protein terutama protein hewani melebihi kebutuhan normal yang dianjurkan atau menggunakann jenis asam amino tertentu dalam bentuk tepung. Namun pada kenyataanya banyak mahasiswa yang tidak paham mengenai keuntungan dan kerugian atau efek penggunaan suplemen tersebut.  
Menurut Wirakusumah (2000), suplemen  vitamin dan mineral hanyalah sebagai makanan pelengkap, dan selama makanan mampu memenuhi kebutuhan gizi yang berimbang, maka suplemen tidak diperlukan. Selain itu, menurut Nursiah (2002), penggunaan suplemen yang tidak tepat dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan dosis berlebihan dan intensitas penggunaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan keracunan.  
 Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi suplemen makanan pada mahasiswa FIK UNNES tahun 2012. Hal ini betujuan untuk melakukan tindakan pencegahan mengkonsumsi suplemen makanan yang berlebihan yang berefek buruk bagi kesehatan mahasiswa.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah dipaparkan masalah penelitian “Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi suplemen makanan pada mahasiswa IKOR UNNES tahun 2012”.
1.3  Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi suplemen makanan pada mahasiswa IKOR UNNES tahun 2012
1.4 Manfaat Penelitian
a.Bagi Peneliti
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan mengembangkan ilmu di masa yang akan datang khususnya mengenai suplemen makanan.
b.Bagi Instansi Terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terkait untuk mengembangkan pencegahan terhadap ketergantungan suplemen makanan pada mahasiswa olahraga.
c.Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan, masukan, dan informasi kepada mahasiswa untuk merubah pola mengkonsumsi suplemen makanan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan agar tidak berbahaya bagi kesehatan






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Landasan Teori
a. Pengertian suplemen
Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004  tentang  ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan menyebutkan bahwa suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. 

2.1.1 Definisi Suplemen makanan
Menurut Karyadi (1997) dalam Pertiwi (2008), mendefinisikan suplemen makanan sebagai makanan yang mengandung zat gizi dan non gizi. Bisa dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, tablet bubuk atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga vitalitas tubuh agar tetap prima. Sedangkan menurut Vitahealth
(2004), Suplemen makanan atau disebut juga dietary supplement adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Suplemen yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral, dan asam-asam amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan  tubuh hewan yang memiliki khasiat sebagai obat dan pada umumnya suplemen makanan kesehatan berasal dari bahan-bahan alami tanpa bahan kimia (harus murni) dan merupakan saripati bahan
Karyadi (1999) dalam Habibi (2003)  menyatakan bahwa fungsi suplemen hanyalah sebagai pelengkap. Suplemen makanan bukan diartikan sebagai pengganti makanan kita sehari-hari. Wirakusumah (2000) menyatakan semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh terdapat di dalam makanan yang bisa dikonsumsi sehari-hari karena selama makanan mampu memenuhi kebutuhan gizi berimbang maka sebenarnya suplemen tidak diperlukan.Makanan suplemen disebut demikian karena gunanya sebagai tambahan zat gizi tubuh. Jadi salah jika ada anggapan  bahwa suplemen sebagi pengganti pemenuhan zat gizi dari satuan waktu makan. Selain itu juga perlu diluruskan persepsi bahwa makanan suplemen sebagai makanan pelengkap, penggunaannya tidak bisa disamakan seperti menu harian yang dapat kita santap dalam setiap waktu (Prehati, 2001)
Suatu suplemen makanan dikatakan baik apabila :
a) Tidak mengandung zat-zat berbahaya.
b) Mengandung stimulan yang aman dan dalam jumlah yang sesuai.
c) Meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan.
d) Mengandung vitamin.
e) Antioksidan.
f) Mengandung zat aditif minimal atau bebas sama sekali. (Samuel Oetoro,2008)
Menurut Soedijani (2007) hingga Desember 2006 setidaknya 5851 merek suplementerdaftar di Badan POM, rincianya 2346 produk lokal, 3491 produk impor dan 14 produk lisensi. Jumlah tersebut meningkat sebanyak  30% dari tahun 2003 dimana hanya tercatat 3742 merek suplemen yang terdiri dari 1087 produk lokal, 2653 produk impor dan 2 produk lisensi. 
-          Penggolongan Suplemen Makanan
Suplemen makanan digolongkan sebagai bahan nitraceutikal.Suplemen makanan ini khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis.Sampai saat ini pun jenis nitraceutikal boleh dijual secara bebas tapi tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit (Vitahealth 2004).
Worthington (2000), membagi suplemen menjadi tiga kategori utama, yaitu suplemen protein/asam amino, suplemen vitamin/mineral, suplemen hormonal. Berdasarkan sumbernya, Wirakusumah (1995) menggolongkan suplemen menjadi tiga kategori yaitu suplemen vitamin dan mineral,suplemen asal tumbuhan atau jamu, dan suplemen khusus yang berasal dari bahan-bahan tertentu seperti beepollen, sirip ikan paus, dan cula badak.
Sedangkan berdasarkan kandungannya  Hendler (1984), membedakan suplemen makanan sebagai vitamin, mineral, asam amino, asam nukleat,asam lemak, serta kelompok lainnya meliputi L-Carnitine, serat makanan,garlic, gingseng, asam pangamik, Superoxiside Dismitase, beepolleen, royal jelly, dll.
Seperti yang telah disebutkan diatas, jenis suplemen makanan bermacam-macam, antara lain suplemen yang mengandung  vitamin dan mineral, suplemen yang mengandung minyak alami, dan suplemen yang mengandung enzim dan lain-lain. Namun beberapa sumber menyatakan bahwa  suplemen yang  paling sering dikonsumsi oleh masyarakat umumnya dan khususnya atlet muda adalah suplemen vitamin dan mineral (McDowall,2007). Hal ini disebakan karena vitamin dan mineral adalah bahan organic yang esensial bagi tubuh namun tidak dapat dibentuk sendiri oleh tubuh,sehingga harus disediakan lewat makanan,  oleh karena itu banyak produsenmakanan memanfaatkan hal ini dengan memproduksi berbagai macam suplemen vitamin dan mineral.
-          Orang yang Membutuhkan Suplemen Makanan
Soekatri  dari PERSAGI dalam seminar prosesi Kesehatan Masyarakat pada tanggal 22 Desember 2008, menyampaikan bahwa Suplemen diajurkan pada situasi/keadaan :
1. Ibu sedang hamil dan ibu sedang menyusui karena mereka membutuhkan gizi yang lebih dari orang biasa terutama vitamin dan mineral. Dokter umumnya menganjurkan asam folat dan zat besi untuk memenuhi fisiologisnya.
2. Individu dengan penyakit tertentu atau gangguan tertentu membutuhkan kebutuhan gizi yang juga lebih dari  AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan terutama vitamin tertentu. Misalnya mereka yang beresiko berpenyakit Cronic Heart Disease (CHD) dan stroke yang dianjurkan menggunakan suplemen yang mengandung vitamin B dan asam folat.Juga pada mereka yang mempunyai gangguan penyerapan lemak, akan menurunkan kemampuan menyerap vitamin larut lemak
3. Individu yang harus minum obat untuk mencegah beberapa penyakit dapat kekurangan vitamin tertentu. Misalnya minum antibiotik dapat mematikan bakteri usus dan menurunkan produksi vitamin K. Pada keadaan demikian, kebutuhan vitamin tersebut harus dibeli dengan resep dari dokter. Merokok dan minum alkohol juga meningkatkan kebutuhan akan vitamin khususnya vitamin B
4. Lansia yang umumnya tidak terpenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan AKG, khususnya kekurangan vitamin B6 dan vitamin D juga vitamin B12 karena keterbatasan dalam gigi, lidah yang menurun kemampuan mengecapnya, jenis makanan yang harus lebih lembut dari orang yang berusia muda.
5. Orang yang tidak makan daging (vegan) perlu mengkonsumsi suplemen vitamin  B12
6. Individu yang harus berdiet dibawah 1200 Kalori agar turun berat badannya (terutama atlet), memerlukan tambahan suplemen tertentu untuk memenuhi AKG nya
7. Individu yang secara fisik sangat aktif dan tidak cukup asupan gizinya dibandingkan dengan kebutuhannya memerlukan suplemen
8. Individu yang intoleran atau secara sengaja memang menghindari beberapa jenis makanan/bahan makanan, seperti susu dan hasil olahnya, dapat kekurangan vitamin khususnya B2 dan vitamin D
9. Individu yang makan cukup energinya tetapi rendah akan zat gizi mikro atau cara pemasakan yang dapat merusak vitamin, akan baik kalau mendapatkan suplemen vitamin dan mineral
10. Individu yang terpapar  matahari dan kontaminan  akan menimbulkan oksidasi tubuh yang terjadi yang kemudian menghasilkan radikal bebas di dalam tubuh. Hal ini akan dapat merusak sel terutama karena adanya oksidasi pada asam lemak tak jenuh di tingkat sel dan membran sub sel.Suplemen vitamin C dan vitamin E, betha carotene dapat mengurangi
keadaan ini.
11. Individu yang banyak kehilangan darah termasuk besi, misalnya pada wanita saat melahirkan atau haid, memerlukan suplemen karena mereka umumnya sulit mendapatkan zat gizi dari makanan. Karena itu mereka perlu suplemen khususnya zat besi.
2.1.3  Faktor-Faktor yang Diduga Berhubungan dengan Konsumsi suplemen makanan
Menurut Lastariwati dan Ratnaningsih (2006) dalam Dilapanga (2008), menyatakan bahwa perilaku konsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu :
1. Faktor intrinsik  yang terdiri dari : usia, jenis kelamin, dan keyakinan.
2. Faktor ekstrinsik yang terdiri dari : tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan, tempat tinggal, lingkungan sosial dan kebudayaan.
Banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan remaja, menurut Worthington (2000), pertumbuhan remaja, meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktifitas remaja dapat menimbulkan dampak terhadap konsumsi makan remaja. Remaja dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri. Selain faktor-faktor yang disebutkan diatas, faktor lain yang mempengaruhi perilaku atau kebiasaan makan pada remaja dapat dilihat pada bagan 2.3.1
Bagan 2.3.1. Faktor-Faktor  yang  Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja (Worthington, 2000)              
Sosial- ekonomi-politik, ketersediaan makanan, produksi, sistem distribusi



Faktor internal : - Kebutuhan fisiologis tubuh - Body image - Self concept - Keyakinan dan individu - Pemilihan dan arti makanan - Perkembangan psikososial - kesehatan
Faktor eksternal : - Jumlah dan karakteristik keluarga - Peran orang tua - Teman sebaya - Sosial budaya - Nilai dan norma - Media massa - Fast food - Food fats - Pengetahuan gizi - Pengalaman individu



Gaya hidup


Perilaku makan individu

Dari beberapa Faktor-faktor diatas faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan perilaku konsumsi suplemen makanan pada mahasiswa IKOR UNNES yang masih tergolong dalam kelompok remaja diantaranya :
1. Jenis Kelamin
Salah satu karakteristik demografi yang berhubungan dengan tingginya penggunaan suplemen (terutama suplemen multinutirition) adalah wanita (Greger, 2001). Lyle at al (1998) menyatakan bahwa,dibandingkan dengan laki-laki, wanita lebih sering mengkonsumsi
suplemen multinutrient dan suplemen vitamin C dan E. Hasil ini tetap sama ketika disesuaikan dengan umur.
Utami (1998) dalam Anggondowati (2002), menyatakan bahwa hasil penelitian Subar dan Block diketahui bahwa penggunaan suplemen terbanyak pada wanita, sebanyak 26,8% menurut hasil survei NCHS (Frankle et al,1993), wanita lebih banyak menggunakan suplemen single vitamin dan kombinasi vitamin dan multivitamin.
2. Riwayat Penyakit
Keinginan untuk mencapai status fisik yang lebih baik, dan perawatan sendiri (self-treatment) terhadap penyakit merupakan alasan untuk mengkonsumsi suplemen makanan (Frank et.al. 1993).Menurut White et.al (2004) kondisi tubuh yang kurang baik, atau sedang dalam kondisi sakit atau memiliki keluhan akan kesehatan mendorong mereka untuk menggunakan suplemen.
Menurut Bender et.al (1992) mengemukakan bahwa penggunaan suplemen berkaitan dengan individu yang memiliki satu atau lebih masalah kesehatan.
3. Pengetahuan Gizi dan Suplemen
Menurut Soekanto (1981) dalam Habibi (2003) pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, sedangkan menurut Parawansa (2000) menyatakan bahwa munculnya kasus gizi selain disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pangan dan mutu gizi yang dimakan, ternyata masih disebabkan oleh sebab lain yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeliharaan gizi kesehatan.
Menurut Roedjito (1989) dalam Sutriyanta (2001), menjelaskan bahwa jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang lengkap maka akan memiliki kesadaran tentang gizi yang sempurna terutama dalam memilih jenis makanan yang tepat untuk dikonsumsi guna
memenuhi kebutuhan tubuhnya.
4. Keterpaparan terhadap promosi suplemen makanan
Promosi adalah salah satu variabel didalam pemasaran. Promosi yang dimaksud  dalam hal ini adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang kepada tindakan yang akan manciptakan pertukaran dalam pemasaran.
Meningkatnya konsumsi suplemen makanan di masyarakat tidak lepas dari maraknya promosi  iklan yang ditawarkan oleh produsen yang saling berlomba-lomba menawarkan produk dengan berbagai macam dari menambah kecantikan, menambah vitalitas, sampai menyembuhkan penyakit (Syahni, 2002).
Ada empat jenis promosi yaitu :
a. Iklan
Iklan merupakan bentuk paling umum dari promosi. Menurut Kotler dalam syahni (2002), menyebutkan bahwa iklan merupakan salah satu alat unkuk menimbulkan ketertarikan, perhatian, dan terntunya akan mendorong timbulnya keinginan untuk membeli.
b. Personall selling
Personall selling ialah presentasi  lisan dalam suatu percakapan dengan satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.
c. Publisitas
Publisitas adalah pendorongan permintaan secara non pribadi untuk suatu produk, jasa, atau ide dengan menggunakan berita komersial didalam media massa dan sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran langsung (Swasta dan Irawan, 1997).
d. Promosi penjualan
Promosi penjualan merupan kegiatan promosi selain periklanan, personal selling maupun publisitas. Tujuan dari promosi antara lain yaitu : membujuk untuk membeli, memberitahu pasar tentang penawaran perusahaan dan mengubah tingkah laku dan pendapat serta
memperkuat tingkah laku yang ada (Swasta dan Irawan, 1997).
Media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan.Keunggulan pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama (Berg, 1986)
Remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali menjadi saasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder (Lastariwati dan Ratnaningsih, 2006). Berdasarkan penelitian Suistriyanta (2001), menunjukkan bahwa sebagian besar respondennya yaitu sebesar 84,0% memperoleh informasi produk  suplemen berasal dari media massa seperti televisi, surat kabar/ majalah.
5.  Olahraga
Menurut penelitian Istihara et.al (2003), menunjukkan bahwa semakin sering seseorang melakukan olahraga maka kecenderungan untuk mengkonsumsi suplemen makanan akan semakin besar. Dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa seseorang yang berolahraga minimal 3 kali/mingg lebih cenderung untuk mengkonsumsi suplemen makanan dibandingkan mereka yang berolahraga minimal <3 begitu="" dari="" kali="" minggu.="" penelitian="" pula="" span="">
yang dilakukan oleh Lyle at.al (1998) dan Knudsen et.al (2001) dinyatakan bahwa individu yang berolahraga secara teratur setidaknya tiga kali seminggu lebih cenderung menggunakan suplemen makanan. Aktifitas olahraga sangat diperlukan untuk menunjang kesehatan dan daya tahan tubuh.
Dalam Whalqvist (2002) jenis aktivitas dibedakan berdasarkan energi yang dibutuhkan (Energiy expenditure).
Tabel 2.3.1. Tingkat aktifitas fisik
                                                                                    Energiy expenditure  
Tingkat aktifitas                                              X BMR           Jangkauan (range)
Istirahat,duduk, atau berbaring                       1,2                               1,1-1,3
Sangat ringan                                                  1,5                               1,3-2,0
 Ringan                                                            2,5                                  2-3
Sedang                                                            3,5                                  3-4
Berat                                                               5                                    4-6
Sangat berat                                                    6-12 
Sumber : WHO, 1985
Bila kegiatan fisik bertambah berat, seperti banyak pekerjaan lebih yang dilakukan, atau sehabis sakit, maka diperlukan makanan dengan kalori yang lebih banyak dan mungkin dibutuhkan suplemen. Sedangkan,untuk olahraga yang relatif ringan seperti boling, panahan, menembak,tidak membutuhkan kalori yang banyak. Begitu pula olahraga kesehatan,seperti senam aerobik, joging, berenang, lantai, bersepeda (bukan balap sepeda) tidak perlu tambahan suplemen. Jadi, tidak benar apabila memakan suplemen. Cukup dari makanan yang disajikan asal makanan tersebut cukup dari segi kualitas dan kuantitas.
6. Kecukupan Energi Tubuh
Menurut Worthington (2000), salah satu faktor  internal yang mempengaruhi perilaku makan remaja yaitu kebutuhan fisiologis tubuh.Dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah kebutuhan zat gizi terutama energi atlet remaja. Menurut Tilarso, Hario (2009), kebutuhan akan zat gizi mutlak bagi tubuh agar dapat melaksanakan fungsi
normalnya.
Pada dasarnya kebutuhan makanan bagi mahasiswa olaharaga tidak atau sedikit berbeda dari yang bukan mahasiswa olahraga. Dalam hal ini makanan yang diperlukan tubuh adalah makanan yang seimbang dengan kebutuhan tubuh sesuai dengan umur dan jenis pekerjaaan yang dilakukan sehari-harinya. Untuk olahragawan karena aktivitas sehari-harinya lebih berat dari orang bukan olahragawan, maka porsi makanannya harus lebih besar disesuaikan dengan jenis olahraganya (ringan, sedang, berat).
Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa kelelahan yang berarti. Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra seperti berolahraga dan rekreasi. Dari segi kuantitas, harus diperhatikan jumlah porsi makanan agar tak berlebihan atau kurang. Jumlah porsi ini disesuaikan dengan macam aktivitas sehari-hari juga menentukan besarnya kebutuhan kalori.Bila pekerjaan berat, tentu dibutuhkan jumlah kalori yang tinggi.
Menurut Departemen Kesehatan (1997), menyebutkan bahwa ada tiga alasan dasar mengapa seorang atlet menggunakan suplemen makanan yaitu :
 Makanan yang mereka makan merasa masih kurang atau belum mencukupi
 Kebutuhan zat-zat gizi untuk atlet adalah tinggi
 Beberapa suplemen makanan diyakini dapat mengubah prestasi mereka secara langsung.
Suplemen makanan yang diberikan pada atlet biasanya mempunyai gambaran sebagai berikut
 Pada umumnya mengandung zat-zat gizi yang jumlahnya hampir sama dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan.
 Diberikan untuk melengkapi jumlah zat gizi dari makanan dan bentuknya harus praktis atau sesuai dengan situasi olahraga.
Vitamin dalam makanan tidak menghasilkan energi. Namun vitamin sangat penting terutama  untuk mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi  dan sebagai koenzim. Pada seorang atlet, kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut dalam air (vitamin B kompleks dan vitamin C) meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi. Kebutuhan terhadap vitamin  lainpun meningkat namun tidak berbeda jauh jumlahnya dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Apabila makanan yang dikonsumsi memenuhi kebutuhan jumlah energi dan komposisi gizi seimbang, maka kebutuhan vitamin dapat dipenuhi. Sedangkan untuk kebutuhan mineral atlet umumnya tidak berbeda jauh dengan kebutuhan mineral yang terdapat pada angka kecukupan gizi yang di anjurkan. Kebutuhan mineral akan terpenuhi apabila atlet mengkonsumsi makanan dalam jumlah energi  dan komposisi gizi seimbang sesuai dengan aktivitas olahraga. Mineral kebutuhan terutama untuk mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi dan sebagai ko-faktor (DEPKES,1997).
Kebutuhan gizi bagi para atlet mempunyai kekhususan karena tergantung cabang olahraga yang dilakukan. Oleh karena itu untuk mendapatkan atlet yang berprestasi, faktor gizi sangat perlu diperhatikan sejak saat pembinaan di tempat pelatihan sampai pada saat pertandingan. Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat  gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga ( Departeman
Kesehatan RI, 2000).  
   Angka kebutuhan energi  untuk berbagai  jenis olahraga (kcal/hari) dapat dilihat pada tabel 2.3.2 .
Tabel 2.3.2.  Angka Kebutuhan Energi  untuk Berbagai Jenis Olahraga (kcal/hari) 
                                                                                    Kebutuhan energi (kcal/hari)
Kelompok       Jenis olahraga                                      Pria BB 70 Kg Wanita BB 60 Kg
 I                      Catur, bridge,draft                              2.800-3.200          -3.000
 II                    Akrobatik lapangan (lari 100M)
loncat tinggi, lompat jauh,
lompat galah, lempar lembing,
lempar cakram, tenis meja,
lomba layar ski, menembak.                3.500-4.500         2.600-4.000
III                    Lari (400, 1.500, 3000 M),
tinju, gulat (yudo, G.Roman, sambo),
renang, basket, bola voli, poloair,
 rugby, tenis, sepak bola,
 hoki, hold es                                       4.500-5.500       4.000-5.000
IV                    Mendaki gunung, lari 10.000 M,
 balap sepeda, kanoe, marathon,
gerak jalan.                                          5.500-6.500         5.000-6.000
 V                    Marathon-balap sepeda
-ski jarak jauh (50.000 M)                   Lebih dari 8.000  
Angka-angka ini untuk standar orang Amerika/Rusia, untuk orang Indonesia yang rata-rata berat badannya 60 kg (pria), perlu dikalikan 60/70 atau berdasarkan berat badan individu tersebut.
Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena otot berkontraksi. Olahraga aerobik dan  anaerobik, keduanya memerlukan  asupan energi. Namun, penetapan kebutuhan energi secara tepat tidak sederhana dan sangat sulit. Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang hanya dapat menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang dikeluarkan.

2.2  Kerangka Teori


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep                                     
              Variabel bebas
Jenis kelamin
Riwayat Penyakit
Keterpaparan  promosi suplemen
Kecukupan energi tubuh
Olahraga
Pengetahuan gizi dan suplemen

 


        
    Variabel terikat
Konsumsi suplemen makanan
 











3.2 Variabel Penelitian
            Terdapat dua variabel dari penelitian ini, yaitu variabel bebas (dependent variabel), variabel terikat (independent variabel),Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi konsumsi, variabel terikatnya yaitu konsumsi suplemen makakan.
3.3 Hipotesis Penelitian
      Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi suplemen makanan pada mahasiswa FIK UNNES tahun 2012 antara lain:Jenis kelamin , Riwayat Penyakit,Keterpaparan  promosi suplemen,Kecukupan energi tubuh,Olahraga,Pengetahuan gizi dan suplemen.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita.  2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keempat.PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Departeman Kesehatan RI, 2000. Pedoman pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 
Karyadi. 1997. Suplemen Makanan Untuk Siapa? http//www.indomedia.com/intisari. Diakses 20 september 2013.
McNaughton, et. Al. 2005. Supplement Use in Associated with Health Status and Health Related Behavior In The 1946 British Birth Cohort. Journal of Nutrition, 135 ; 1782-1789.
Williams, Melvin H, 2002. Nutrition for Health, Fitness, and Sports. The Macgraw- Hill Companies, Inc : New York
Yunaeni. 2009 . Faktor-faktor yang berhubungan konsumsi suplemen mineral dan vitamin pada siswa siswi SMA negeri Ragunan (khusus olahragawan) Jakarta Selatan tahun 2009 Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan  Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah , Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar